Cagar Budaya Sebagai Pusaka Kota

  • 26 Juni 2019
  • REDAKSI
  • 6089

Himpunan Mahasiswa Teknik Arsitek (HIMARSITA) Untag Surabaya mengadakan acara Talk Show interaktif, (21/06/19), sebagai bagian dari kegiatan Archifest 3 yang sedang berlangsung. Kegiatan terlaksana di Gedung Graha Wiyata lantai 9 Untag Surabaya itu bertemakan ‘’Cagar Budaya Sebagai Pusaka Kota’’ dengan menghadirkan Anggota Tim Ahli Cagar Budaya dan Pakar Tata Kota sebagai narasumber.

HNK Architect, Ir. Hari Sunarko, IAI.AA., sebagai narasumber pertama menyampaikan tentang peran arsitek dalam mengembangkan cagar budaya di perkotaan. Kota Surabaya merupakan kota yang memiliki banyak sejarah penting, begitupun dengan gedung – gedung di dalamnya. Maka peranan arsitek untuk tetap mempertahankan eksistensi dari gedung – gedung tersebut sangat diperlukan.

‘’Contohnya seperti gedung grahadi, balai kota dan gedung – gedung lainnya merupakan gedung yang dibangun sudah sekian tahun lamanya dan memiliki banyak sekali nilai – nilai historisnya. Maka dari itu peranan kita sebagai arsitek untuk mengkontraskan pembangunan gedung lama ke bangunan gedung baru, nanti tanpa menghilangkan bangunan asli sebagai cagar budaya sangat perlu. Karena dengan itu akan tetap menjaga eksistensi gedung dari masa ke masa’’, papar Pria alumni ITS itu.

Sementara itu, Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum., sebagai anggota Tim Ahli Cagar Budaya menerangkan bahwa Kota Surabaya merupakan kota yang sudah tua, mengingat umurnya sudah memasuki 726 tahun. Bukan berarti tidak bisa menjadikannya sebagai destinasi wisata di Jawa Timur. Mengacu pada Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Pasal 85 ayat 1 kota tua sebagai destinasi wisata. Bukan berarti kota tua adanya hanya seram – seram tetapi bisa sebagai tempat bersenang – senang dan untuk menambah ilmu pengetahuan.

‘’Images yang harus dibuat untuk menjadikan kota tua sebagai destinasi wisata adalah yang pertama harus unik, karena ada keunikan di kawasan tersebut menjadikan banyak pengunjung ingin mendatanginya. Kedua, adanya tautan antara masa kini dengan masa lampau di kawasan tersebut sebagai sejarah. Ketiga, terdapat nostalgia (romantisme atau kenangan). Dan yang terakhir, ada sesuatu yang bisa dipelajari dan menjadi pelajaran (value) dari tempat tersebut,’’ pungkas Basundoro.

Terakhir, Prof. Dr. Ir. Johan Silas, narasumber paling senior dalam acara tersebut berpesan bahwa kawasan Cagar Budaya Sebagai Penyangga Kota sangatlah penting dan perlu dijaga. Jadi, Cagar Budaya bukan saja haru dirawat, tetapi ditingkatkan nilainya melalui berbagai cara agar menjadi sebuah LEGACY atau sesuatu yang layak dianugerahkan ke generasi berikutnya karena bermutu, khas dan nilainya tak terukur.

‘’Cagar Budaya itu sangat bagus, harus dijadikan sebagai inspirasi untuk membangun sebuah bangunan. Karena untuk menjadi seorang arsistek harus mempunyai banyak inspirasi dan wawasan yang luas untuk menghasilkan sebuah bangunan yang bagus. Salah satu inspirasi yang bagus untuk dipergunakan adalah mengambil dari Cagar Budaya itu sendiri,’’ pesan Pakar Tata Kota itu.

Reporter : MKM

Editor     : LA_Unda


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

REDAKSI