Jiwa Optimis Seorang Pemuda

  • 11 Oktober 2019
  • YRS
  • 1679

Sultan Mehmed II yang juga dikenal sebagai Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481), merupakan Sultan yang memerintah Dinasti Turki Utsmani. Muhammad Al Fatih dilahirkan di Edirin pada 30 Maret 1423 M yang mana pada waktu itu Edirin adalah pusat kota pemerintahan Dinasti Turki Utsmani.

Sultan Muhammad Al Fatih disebut - sebut Sang pembebas Konstantinopel. Kota Konstantinopel saat itu merupakan ibukota kekaisaran Byzantium yang sangat Megah. Merupakan kota terbesar dan lambang kejayaan dunia. Dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar Theodosius. Pada abad ke 19, Napoleon Bonaparte seorang jenderal Perancis pernah berbicara mengenai Konstantinopel, jika dunia ini adalah sebuah negara, maka Konstantinopel yang layak menjadi ibukota negaranya.

Melalui kalimat tersebut, Napoleon berterus terang akan hasratnya terhadap Konstantinopel. Dalam posisinya sebagai ibukota, Konstantinopel sangat makmur dan indah, dikitari oleh benteng yang sangat kokoh. Posisinya sangat strategis, yakni di jalur pertemuan antara benua asia dan benua Eropa.

Tetapi sejarah mencatat bahwa pada tanggal 29 Mei 1453 M, Konstantinopel bisa ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih. Usia Sultan Muhammad Al-Fatih saat itu baru 21 tahun, ada juga sebagian sumber menyatakan 19 tahun. Pengepungan benteng sudah mulai dilakukan sejak tanggal 6 april, dan baru berhasil ditaklukkan setelah 54 hari, hampir dua bulan.

Pasukan Muhammad Al-Fatih waktu itu mengepung dengan menggunakan kapal laut, tetapi karena ada rantai besar di laut Tanduk Emas, maka mereka memutar haluan, dan kapal - kapal itu ditarik ke atas melewati bukit daratan. Bisa dibayangkan bagaimana mereka menarik kapal - kapal laut tersebut melintasi daratan berbukit.

Muhammad Al-Fatih, telah menaklukkan benteng Konstantinopel, menjadi bukti kebenaran hadis Nabi:

‘’Sungguh Konstantinopel akan dibuka (dibebaskan). Pemimpinnya adalah pemimpin terbaik, pasukannya adalah pasukan terbaik,‘’ (H.R. Bukhari).

Setelah ditaklukkan, Muhammad Al-Fatih mengubah nama Konstantinopel menjadi ‘’Islam Bul’’. Tapi kemudian oleh Mustafa Kamal Attaturk diubah menjadi Istanbul. Selain dari guru spiritualnya yang bernama Samsudin, Muhammad Al-Fatih kecil mendapat pendidikan yang sangat baik dari orang tua (ayahnya), terutama dalam hal menanamkan optimisme dan kepahlawanan.

Sejak mendengar dan memahami hadis riwayat Bukhari di atas, ayah Al-Fatih senantiasa menanamkan optimisme, bahwa ‘’Engkaulah wahai Al-Fatih, yang bisa membebaskan Konstantinopel’’ engkaulah orang yang dikabarkan Nabi dalam hadis tersebut.

Semoga dari cerita tersebut dapat menjadi contoh untuk mendidik pemuda - pemudi bangsa Indonesia dengan jiwa optimisme, melakukan hal - hal baik dan perubahan besar.

Sumber : https://www.dakwatuna.com/2018/05/30/92705/ramadhan-mendidik-untuk-optimis/#axzz6206JV9Iz

 


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

Y. RAKA S.

Reporter