Pembina UKMKI Untag Surabaya : Santri Akan Terus Berkontribusi Untuk Negeri

  • 25 Oktober 2019
  • 1345

Melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri Nasional, peringatan Hari Santri Nasional (HSN) selalu diperingati pada tanggal 22 Oktober. Peringatan HSN ini merupakan wujud nyata kepedulian pemerintah akan pentingnya peran santri, kyai dan pemuka agama dalam menumbuhkan kesadaran harmoni beragama dan berbangsa di negeri melalui pendidikan, juga untuk meneladankan semangat jihad kepada para santri tentang ke Indonesiaan yang digelorakan para ulama.

Menanggapi hal tersebut, Dr. Achmad Syafi`i, M.Si., pendakwah sekaligus dosen FISIP Untag Surabaya menerangkan bahwa sebenarnya Hari Santri sudah digagas sejak lama, mulai dari adanya kirab santri, longmarch dan lain sebagainya. Tetapi baru resmi dijadikan sebagai hari nasional Indonesia oleh pemerintah di tahun 2015 melalui Keppres.

‘’Menurut sejarah singkatnya, penetapan Hari Santri Nasional dilatarbelakangi dari satu peristiwa bersejarah yakni seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH. Hasjim Asy`ari dari organisasi Nahdlotul Ulama (NU) pada 22 Oktober 1945. Seruan ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Indonesia,’’ tuturnya saat diwawancara (18/10).

Lebih lanjut, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan  Ilmu Politik (FISIP) Untag Surabaya itu menjelaskan bahwa pendidikan di Indonesia sebenarnya berawal dari pesantran. Tetapi pendidikan dulu lebih ditekankan kepada pendidikan agama. Lalu setelah Indonesia merdeka, negara menginginkan untuk membentuk sistem pendidikan formal, maka munculah yang namanya SD, SMP, dan SMA. Dengan disisi lain pesantren tetap terus ada dan berjalan sampai sekarang.  

‘’Pendidikan di negara kita itu sama, tidak ada bedanya. Hanya sekarang ini ada yang membeda - bedakan antara pendidikan formal dan pendidikan pesentren. Pendidikan formal atau pendidikan umum yang konotasinya menggunakan kurikulumn dari pemerintah dan diatur oleh pemerintah, sedangkan santri home basenya berada di pesantren dengan orientasinya adalah agama. Tetapi dalam perjalanan bersamaan sudah mulai menjadi satu lagi dengan tujuan yang sama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Contohnya di pondok pesantren sekarang juga sudah banyak SD, SMP, dan SMA nya, dimana para santri bisa belajar secara formal. Jadi, keduanya mulai dipadukan lagi,’’ paparnya.

Saat ditanya tentang peran santri dengan paradigma kehidupan modern sekarang, Dr. Syafi`i dengan tegas mengatakan bahwa santri akan terus berkontribusi serta menjaga keutuhan NKRI sampai kapanpun itu. Karena pendidikan karakter yang dimiliki, santri akan terus relevan untuk negeri.

‘’Banyak sistem pendidikan sekarang yang lebih menekankan pada intelektual saja, tetapi pendidikan karakter pribadi sendiri kurang diperhatikan. Berbeda dengan pesantren yang masih kental menerapkan pendidikan karakter dan menjunjung tinggi nilai sopan santun, sehingga menjadikan nilai tambah tersendiri. Itulah yang masih konsisten atau terus diajarkan di pesantren yang dibutuhkan dalam negeri,’’ imbuhnya.

Selain itu Pembina Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKM-KI) itu mengatakan dari UKM-KI sendiri akan mengadakan kegiatan seminar dengan tema Islam yang toleran untuk memperingati hari santri.

‘’Tema tersebut diambil karena melihat sekarang banyak sebuah golongan mengatasnamakan Islam yang intoleran, radikalisme, dan ekstrimisme, sehingga kita perlu menerangkan kepada masyarakat bahwa sebenarnya Islam itu adalah agama yang  menjunjung tinggi nilai toleransi dan rohmatan lilalamin. Kedepannya, sebagai dosen saya akan lebih banyak mengadopsi ajaran Islam yang rohmatan lilalamin, yaitu menjelaskan bahwa Islam itu tidak keras, Islam itu menyayangi dan islam itu sangat toleran. Yang akan kita terapkan di bidang ilmu agama dalam pengajaran nanti,’’ tutupnya.


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id