Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater ‘’Kusuma’’ Untag Surabaya meraih juara tiga kategori Tangkai Lomba Monolog dalam rangka Festival Teater Pelajar Mahasiswa Nasiomal (FTPMN) tahun 2019. Festival yang diselenggarakan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu terselenggara pada tanggal 11 - 12 November dengan peserta dari seluruh Indonesia baik dari komunitas, UKM, ataupun dari fakultas kesenian sendiri.
Mohammad Hilmi, Ketua UKM Teater Untag Surabaya menjelaskan dalam pagelaran teater Monolog diutamakan seorang aktor yang artistik, karena dalam panggung diharuskan bagaimana seorang aktor tersebut membangun karakter atau suasana dengan sendirinya. Yang berbeda dengan teater pada umumnya.
‘’Tim yang berangkat kemarin ada delapan orang beserta satu pembina. Yang berkecimpung dalam pementasan ada tujuh orang, satu aktor di panggung, satu sutradara, dua pemain musik dan tiga tim artistik, properti dan lighting. Alhamdullilah tidak hanya mendapatkan juara tiga, tetapi dapat nominasi aktor terbaik, nominasi artistik terbaik dan nominasi pementasan terbaik juga,’’ jelasnya.
Untuk persiapan yang dilakukan, Pria kelahiran Madura itu mengatakan bahwa 2 bulan sebelum lomba sudah dipersiapkan. Mulai dari proses pemilihan naskah, proses pengangkatan tema, proses pencarian karakter sampai menghasilkan pertunjukan yang dinginkan.
‘’Kesulitan dalam pementasan monolog adalah dimana aktor yang sendirian di panggung, dituntut untuk membangun karakter, membangun sebuah suasana dengan sendiri, sampai berkomunikasi secara sendirian. Yang berbeda dengan pementasan teater – teater lainnya yang ada aktor pembantu, pemeran utama serta komunikasi dari pemeran lainnya,’’ imbuhnya saat diwawancara (23/10).
Selain itu, Hilmi menambahkan konsep atau tema yang dibawakan Teater Kusuma saat perlombaan adalah "Anjing Kurap" dimana dalam sebelum menentukan tema tersebut ada diskusi dan beberapa alternatif pilihan lain sehingga dapat menghasilkan tema atau konsep yang terbaik.
‘’Anjing Kurap menjelaskan dan menceritakan sosok dari otak pemikiran pembunuhan Munir. Jadi naskah ini memang agak kontra dengan pemerintah karena sedikit sensitif dalam mengkritik pemerintah pada zaman itu sampai sekarang ini. Itu yang menjadi tantangan atau tingkat kesulitan yang harus dibawakan dalam mementaskan cerita ini,’’ pungkasnya.
Terakhir, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Prodi Sastra Inggris itu berharap untuk generasi selanjutnya UKM Teater Kusuma Untag Surabaya bisa tetap konsisten dalam berkarya, terus berproses dan bisa membawa nama baik Teater Kusuma dan Untag Surabaya.
‘’Bagi kita hasil adalah bonus, yang terpenting adalah prosesnya. Tidak ada target untuk mendapatkan juara satu, dua, ataupun tiga dalam setiap perlombaan tetapi yang terpenting adalah kualitas kita dalam terus menggali kekurangan yang ada dalam diri kita masing – masing,’’ tutupnya.