Cara Kendalikan Emosi Saat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan

  • 14 April 2023
  • 1063

Tujuan puasa Ramadhan bagi seluruh umat muslim tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus, melainkan menghindari emosi yang dapat menyakiti orang lain.

 

Dosen Fakultas Psikologi Untag Surabaya, Sayidah Aulia Ul Haque, M.Psi., Psikolog, menjadi pembicara dalam kegiatan kajian kemuslimahan tentang Bijak Mengelola Emosi Selama Bulan Ramadan, Kamis (6/4) di Masjid Ulul ‘Azmi.

 

Dalam paparannya, Aulia menjelaskan bahwasannya emosi merupakan bagian dari afeksi atau suatu perasaan yang kita rasakan dalam situasi tertentu.

 

“Semua emosi manusia itu nyata dan kita harus merasakan hal yang sama. Yang terpenting bagaimana mengekspresikan emosi cara proporsional. Misalnya, saat suasana hati senang baik, wajah akan menunjukkan senyum cerah, Kalian dapat mengekspresikan emosi apapun. Saat kita pendam emosi kita bagaikan tong emosi di dalam diri kita bisa terisi dan meluap,” kata Aulia.

 

Tak hanya menekan dan memendam perasaan itu saja yang merupakan kesalahan. Namun, mengekspresikan terlalu banyak emosi juga salah. Aulia mengatakan, jalan keluar terbaik yaitu mengendalikan setiap emosi.

 

Pada kesempatan itu, Aulia memberikan cara tentang mengelola emosi dengan baik. Setiap orang dapat melakukan dua hal, monitory dan evaluasi. Penting bagi individu untuk sadar dan jujur ??tentang apa yang mereka dirasakan.

 

Langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi. Metode ini keterkaitan dengan cara kerja struktur otak di mana bagian tertentu dari otak. Mengendalikan emosi diperoleh dan diatur dengan sangat cepat di bagian otak ini, Oleh karena itu, ketika emosi seperti kemarahan sedang tinggi, prefrontal cortex manusia harus diaktifkan untuk berpikir.

Cara lain untuk evaluasi yaitu diskusi dengan diri sendiri. Berdasarkan pengalamannya, Aulia menanyakan empat pertanyaan pada dirinya sendiri. Dia dapat merangsang fungsi logis dengan pertanyaan ini.

 

“Ketika kemarahan sedang tinggi, cara mudah untuk mengaktifkan prefrontal cortex dengan mengajukan empat pertanyaan. Pertama, perlu atau tidak, apakah itu membuat kita marah? Jadi kalau kita marah, seberapa besar persoalan ini? Berapa lama kita ingin bertahan dalam kemarahan ini? Apa solusinya? Pertanyaan ini mendorong pikiran kita untuk berfikir dan mengevaluasi,” ungkap Aulia.

 

Aulia juga mengungkapkan bahwa Islam memiliki ajaran yang luar biasa untuk mengelola emosi.

 

“Mengaktifkan prefrontal cortex ini dalam Islam sungguh luar biasa. Sudah ada aturan dan ajaran ketika kita marah. Intinya, kita harus berubah posisi agar tidak fokus pada posisi situasi tersebut,” tutupnya (Elisa)

 

 


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id