Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Kolaborasi ilmuwan Cornell University dan Istituto Italiano Technologia berhasil menciptakan tangan robot yang bisa berkeringat. Fungsi tersebut ditambahkan untuk membantu robot agar tidak overheating sehingga performa tidak menurun saat bekerja dalam waktu lama.
Salah satu masalah yang sampai saat ini banyak dialami robot adalah overheating atau kepanasan yang dapat membuat performa dan kinerja robot bermasalah. Hal itu terjadi karena komponen yang ada dalam mesin robot sudah mencapai suhu diatas normal atau terlalu panas.
T.J Wallin, salah satu desainer robot tangan yang dapat berkeringat tersebut mengatakan bahwa kelenjar keringat merupakan salah satu fitur terbaik manusia yang dapat menyeimbangkan kinerja. ‘’Kemampuan berkeringat adalah salah satu kemampuan terbaik manusia,’’ kata Wallin yang juga merupakan ilmuwan material itu, Jumat (31/1/2020).
Robot itu terbuat dari bahan dasar karet yang permukaannya dipenuhi lubang atau pori-pori. Bagian dalamnya yang kosong diisi oleh air dan terhubung ke permukaan melalui saluran yang terbuat dari plastik yang reaktif terhadap panas. ‘’Ketika berkeringat, robot mengambil keuntungan dari air yang diuapkan untuk menghilangkan suhu panas dengan cepat di bawah suhu yang sesui dengan lingkungan sekitar,’’ imbuh Walin.
Ketika plastik tersebut mencapai suhu 30 derajat Celcius, pori-pori tersebut akan terbuka dan mengeluarkan air di permukaan. Air kemudian akan menguap dan menciptakan efek dingin yang bisa mendinginkan robot. Pori-pori kemudian menutup setelah suhu menurun. Artinya, robot bisa dioperasikan secara independen tanpa memerlukan bantuan pendingin eksternal.
Seperti halnya kita manusia yang membutuhkan cairan tubuh dengan meminum air beberapa gelas setiap harinya supaya tidak dehidrasi, robot tersebut juga harus mengisi ulang cadangan airnya. Ini dapat diartikan bahwa robot juga harus minum dan memiliki suplay air yang cukup seperti manusia dan makhluk hidup yang lainnya.
‘’Mirip dengan hewan yang mengonsumsi makanan dan air dari lingkungan mereka untuk mempertahankan aktivitas termoregulasi atau mempertahankan suhu tubuh normal, sistem kami pada akhirnya membutuhkan sarana untuk mengisi kembali air yang hilang selama operasi jangka panjang,’’ tutup Wallin.
Reporter