Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Dunia musik tanah air semakin berwarna dengan hadirnya musisi independen berbakat, Annisa Danya, atau yang lebih dikenal dengan nama panggungnya, Danyannisa. Mahasiswa semester akhir Ilmu Komunikasi Untag Surabaya ini bukan hanya seorang penyanyi, tetapi juga penulis lagu, vocal coach, dan penggiat seni yang aktif di berbagai komunitas musik.
Danya telah menunjukkan bakatnya sejak kecil. Sang ibu, yang juga memiliki kecintaan pada musik, menjadi guru pertamanya. Berawal dari lomba-lomba bernyanyi sejak TK hingga SD, Danya mengasah kemampuannya dalam berbagai genre, mulai dari pop hingga keroncong.
“Dari kecil aku sering diikutkan lomba sama Mama. Belajar nyanyinya juga sama Mama. Awalnya otodidak, sampai kelas 2–3 SD latihan sendiri di rumah. Mama mengenalkan banyak genre musik ke aku, mulai dari pop, keroncong, campursari, hingga jazz,” kenangnya (21/2/25)
Perjalanan musiknya semakin serius ketika memasuki SMP, di mana ia bergabung dalam sebuah band rock di sekolah. Meskipun awalnya lebih akrab dengan musik pop dan musikal ala Disney, pengalaman ini memperluas wawasannya dalam bermusik. Pada masa SMP juga, ia bergabung dalam sebuah mini orchestra yang berpartisipasi dalam festival seni internasional, termasuk Bedog Art Festival di Yogyakarta pada 2012.
Saat SMA, Danya semakin mendalami jazz melalui komunitas Fashion Jazz Community Surabaya, yang membawanya ke berbagai festival jazz nasional seperti Jazz Traffic dan Ngayogjazz.
“Aku banyak belajar dari komunitas jazz di Surabaya. Di situ mulai kenal dengan banyak musisi dari berbagai kota dan provinsi. Dari sini aku sadar, kalau ingin serius di musik, aku harus punya karya sendiri,” ujar mahasiswa Ilmu Komunikasi tersebut (21/2/25)
Tahun 2018 menjadi titik balik bagi Danya. Ia merasa sudah saatnya memiliki karya sendiri dan mulai menulis serta memproduksi lagu secara independen. Bersama band Project Larut Malam, ia menemukan tim yang solid untuk mendukung produksinya. Meskipun band ini bubar pada 2021, mereka tetap melanjutkan kerja sama sebagai tim produksi musik.
“Karena aku merasa sudah lama ‘njebur’ di dunia musik, kayaknya nanggung kalau gak punya karya sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk menulis lagu dan memproduksi sendiri. Aku ketemu teman-teman band yang satu visi, dan dari situ kami mulai produksi lagu pertama,” terang Danya
Pada 2019, Danya mulai serius dalam produksi lagu. Namun, karena masih belajar dari nol, rilisan pertamanya baru bisa hadir pada 2020 di tengah pandemi.
“Awalnya kami mengandalkan event kampus sebagai media promosi. Tapi pandemi bikin rencana itu gagal. Kami tetap bertahan dan merilis lagu di tahun 2021,” katanya
Namun, perbedaan visi dalam band membuat mereka akhirnya berpisah. Meski begitu, ia tetap melanjutkan karir solonya dengan menggandeng Toriq Iza sebagai produser.
“Toriq butuh waktu satu tahun untuk belajar produksi musik. Akhirnya di 2022, dia datang dengan demo lagu yang sudah diotak-atik. Waktu aku dengar, aku langsung merasa ini dia yang aku mau,” jelasnya
Lagu pertama Danya sebagai musisi independen berjudul "Akankah Kita Akan Bersama", dirilis pada Oktober 2022. Lagu ini mengangkat tema friendzone, tentang dua orang yang dekat tapi takut mengungkapkan perasaan satu sama lain. Tahun berikutnya, ia merilis "Aku dan Kisahmu", sebuah lagu yang bercerita tentang perpisahan dan bagaimana seseorang mencoba merelakan, meskipun masih ada pertanyaan yang menggantung di hati.
Lagu "Aku dan Kisahmu" menjadi salah satu titik keberhasilan Danya di industri musik independen, karena berhasil mencapai lebih dari 40.000 pendengar di Spotify.
“Itu kayaknya prestasi terbesar aku dan tim, karena aku benar-benar masih newbie di dunia musik independen ini. Kami masih meraba-raba industri, tapi ternyata responnya luar biasa,” ujarnya
Pada tahun yang sama, Danya merilis lagu "Hilang", yang ditulisnya untuk mengenang kepergian sang kakek pada tahun 2021. Baginya, sosok kakeknya adalah pilar penting dalam keluarga.
“Setelah beliau tidak ada, benar-benar terasa hilang. Kondisi keluarga jadi berbeda, dan lagu ini adalah cara aku untuk merayakan kehilangan,” tuturnya
Di pertengahan 2024, ia kembali dengan single berjudul "Untukmu", sebuah lagu yang ia tulis untuk sahabatnya yang mengalami hopeless romantic. Lagu ini mengandung pesan bahwa cinta tidak perlu terburu-buru, karena orang yang tepat akan datang di waktu yang tepat. Lagu ini dirayakan dengan sebuah intimate showcase di salah satu bar dan resto di Surabaya. Acara tersebut sukses besar, berkat kerja sama dengan dua sponsor utama serta dukungan dari media massa dan online sebagai media partner.
Menjelang akhir tahun 2024, Danya kembali bereksperimen dengan musiknya. Ia merilis lagu "Ingin Bersama", yang berbeda dari lagu-lagu sebelumnya yang lebih bernuansa melankolis dan akustik folk. Kali ini, ia memilih genre ballad dengan aransemen yang lebih kaya, diproduksi oleh drummernya, Dimas.
“Ini lagu eksperimen buat aku dan tim. Biasanya aku lebih ke akustik, tapi kali ini lebih eksploratif. Aku ingin mencoba hal baru,” ungkapnya
Sebagai musisi independen, Danya menghadapi tantangan besar dalam promosi dan branding. Tanpa naungan label besar, ia dan timnya harus memahami strategi pemasaran, event management, serta membangun jaringan yang kuat.
“Sekarang siapa saja bisa produksi dan distribusi lagu dengan lebih mudah. Tapi sebagai musisi independen tanpa label, tantangannya adalah gimana kita bisa pintar dalam marketing, branding, dan strategi event. Gak cuma bikin lagu dan nyanyi, tapi juga harus ngerti gimana memasarkan karya kita,” jelasnya
Namun, dengan tim yang semakin solid, mereka kini bernaung dalam sebuah kolektif bernama RENJANA, yang terdiri dari musisi dan pegiat seni lainnya.
“Alhamdulillah, aku punya tim yang awalnya dari band Project Larut Malam. Sekarang kami berkembang dengan tim baru. Aku percaya kalau dalam industri ini, networking dan kerja sama tim itu penting,” katanya.
Selain berkarir sebagai musisi, Danya juga aktif di dunia pendidikan musik. Sejak 2021, ia menjadi guru vokal dan kini memiliki banyak murid yang ia bimbing, baik secara langsung maupun online. Pada November 2024, ia juga terlibat sebagai pelatih vokal dalam proyek teater musikal Studio Daluang.
“Awalnya aku cuma iseng buat akun Instagram untuk promosi les vokal. Ternyata ramai dan banyak yang tertarik belajar. Sekarang aku juga membantu teman-teman musisi dalam rekaman, karena ternyata banyak yang bisa nyanyi tapi kesulitan saat recording,” terang musisi Asal Surabaya itu
Danya bertekad untuk terus berkarya dan sedang dalam proses produksi album yang akan memiliki warna berbeda dari lagu-lagu sebelumnya.
“Aku ingin Danyaanisa menjadi media bercerita, baik untukku sendiri maupun untuk pendengar yang bisa relate dengan lagu-laguku,” tutup Danya
Dengan semangat dan dedikasi yang ia miliki, bukan tidak mungkin nama Danyaanisa akan semakin dikenal di industri musik Indonesia.
Reporter