Dari Limbah Menjadi Mewah, Hotel Kontainer Jadi Pembangunan Berkelanjutan di IKN

  • 29 April 2024
  • VaniaS
  • 317

Penggunaan kontainer menjadi solusi utama dalam pembangunan Hotel Qubika di Ibu Kota Nusantara (IKN), bahan-bahan bekas dimanfaatkan dengan konsep daur ulang yang mendukung prinsip pembangunan berkelanjutan.


Dilansir dari laman Liputan6.com, PT Indonesia Kubika Nasional (PT. IKN) melakukan kerja sama dengan PT BSH dalam hal penggunaan lahan di BSH Community Hub. Hotel Qubika didirikan di kawasan inti pusat pemerintahan yang strategis, berdekatan dengan kawasan Istana Negara.


Hotel bintang 3 pertama di Ibu Kota Nusantara (IKN) ini direncanakan akan beroperasi sebelum tanggal 17 Agustus 2024, sebagai upaya PT. IKN untuk memenuhi kebutuhan akan akomodasi penginapan.


Sejalan dengan konsep ramah lingkungan yang dianut di IKN, Hotel Qubika menerapkan prinsip go green dan eco-friendly yang sejalan dengan konsep bangunan-bangunan pemerintah di wilayah tersebut.


Dr. Ir. Ar. R.A. Retno Hastijanti, M.T., IPU., IAI., APEC Eng, Dosen Arsitektur Untag Surabaya menanggapi bahwa penggunaan kontainer sebagai bahan bangunan telah menjadi tren global yang didorong oleh konsep efisiensi ruang.


“Seperti konsep tiny house atau unit hunian dalam skala kecil yang populer di Eropa dan Amerika, penggunaan kontainer sebagai bahan bangunan juga menimbulkan tantangan, terutama terkait dengan pengaturan suhu dan desain interior yang memenuhi standar kenyamanan dan keamanan, terutama untuk proyek-proyek seperti hotel. Mungkin itu juga bagian dari salah satu strategi branding, menggunakan konsep adaptive reuse,” jelas Hasti (25/4)


Konsep adaptive reuse adalah istilah untuk menggambarkan kembali bangunan yang sudah ada untuk tujuan yang berbeda dari yang semula direncanakan atau dibangun. Hal ini juga disebut sebagai daur ulang yang menjadi faktor kunci dalam pemanfaatan kontainer sebagai bahan bangunan.


Dampak dari penumpukan kontainer akibat perdagangan global justru menginspirasi ide-ide kreatif untuk memanfaatkannya kembali dalam pembangunan infrastruktur yang beragam.


“Modelnya rustic. Konsep ini tidak hanya memberikan solusi yang ramah lingkungan, tetapi juga ekonomis. Dengan memanfaatkan kembali kontainer yang tidak terpakai, tidak hanya mengurangi dampak lingkungan dari penumpukan kontainer, tetapi juga memberikan tambahan modal bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam industri kontainer,” tandasnya


Menurut Hasti, yang juga menjadi fokus utama dalam pembangunan di IKN adalah karakteristik unik dari lokasinya. Perjalanan material menuju IKN memerlukan waktu yang lama karena jalan masih baru, berliku, dan membutuhkan perjalanan naik-turun, juga karena mobil-mobil besar yang memerlukan waktu tambahan.


“Tanah di IKN memiliki karakteristik yang khas. Untuk membangun bangunan dengan ketinggian yang memadai, diperlukan struktur yang kokoh, biaya yang besar, dan waktu yang cukup lama. Dengan karakteristik tanah seperti itu, konsep yang paling sesuai untuk diterapkan di IKN adalah penggunaan material yang ringan,” kata Dosen Arsitektur tersebut


Penerapan energi terbarukan seperti panel surya atau turbin angin juga menjadi langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan listrik konvensional, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan di IKN.


Bagi mahasiswa arsitektur, proyek-proyek seperti ini memberikan peluang untuk meningkatkan kesadaran akan keberlanjutan dan ramah lingkungan dalam desain arsitektur, sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah terintegrasi dalam kurikulum arsitektur di berbagai perguruan tinggi, termasuk di Untag Surabaya.


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

Vania

Reporter