Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
dr. Poerwadi, Sp.B., Sp.BA (IK), Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Untag Surabaya, menjadi narasumber dalam live sharing session Instagram Kitauntagsby yang membahas tentang tantangan dan perkembangan operasi kembar siam di Indonesia, (14/3/25)
dr. Poer, sapaan akrabnya, mengungkap bahwa ia telah menangani 144 kasus kembar siam dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk beberapa kasus yang tergolong langka dan kompleks.
“Kasus kembar siam sangat beragam, ada yang dapat dipisahkan dan ada yang tidak. Tantangannya tergantung pada tipe dempet yang dialami bayi. Jika jantung mereka menyatu dan hanya dipisahkan oleh lapisan yang sangat tipis, maka operasinya menjadi sangat sulit,” jelas dr. Poer. (14/3/25)
Ia menambahkan bahwa operasi kembar siam memerlukan kerja sama tim yang solid, terdiri dari dokter anak, dokter bedah anak, serta tenaga medis lainnya. Salah satu operasi terlama yang pernah ia lakukan berlangsung selama 18 jam di Palembang.
Menurut dr. Poer, dalam dunia medis, ada beberapa faktor yang menentukan apakah kembar siam dapat dipisahkan atau tidak.
“Hal pertama yang harus dipastikan adalah apakah bayi memiliki kemungkinan untuk hidup. Jika ada harapan, maka kita akan melihat apakah mereka dapat dipisahkan atau tidak,” ujarnya
Ia juga menjelaskan bahwa calon orang tua yang mendapati kehamilan kembar harus segera berkonsultasi dengan dokter spesialis fetomaternal untuk mengetahui apakah terdapat kondisi kembar siam.
Pemeriksaan dini dapat dilakukan sejak usia kehamilan tiga hingga empat minggu untuk mengetahui apakah janin mengalami dempet atau tidak.
Dalam sesi sharing tersebut, dr. Poer juga membagikan pengalaman menangani beberapa kasus kembar siam yang ekstrem. Salah satu kasus yang paling sulit adalah bayi kembar yang lambungnya hanya sebesar bola pingpong.
“Kasus seperti ini sangat langka. Tidak mudah menangani kondisi ini karena sistem pencernaan bayi sangat kecil dan membutuhkan pendekatan medis yang sangat hati-hati,” kata dr. Poer.
Menurut dr. Poer, jumlah bayi kembar siam di Indonesia masih cukup tinggi, khususnya di wilayah Jawa Timur. Dari Desember hingga Maret, ia mencatat bahwa ada lima kasus di Surabaya, namun sayangnya semua bayi tersebut tidak dapat bertahan hidup.
“Kami selalu siap untuk dipanggil ke mana saja. Jika kasus ditemukan di luar pulau, tim kami yang akan datang untuk menangani operasi,” tambahnya
Terlepas dari tantangan tersebut, dr. Poer tetap berkomitmen untuk membantu bayi kembar siam di seluruh Indonesia. Ia juga menekankan bahwa keberhasilan operasi bukanlah semata-mata hasil kerja satu orang, melainkan kerja keras dari seluruh tim medis.
“Motto kami adalah tidak mengorbankan salah satu bayi, tetapi berikhtiar untuk menyelamatkan keduanya,” tegasnya
dr. Poerwadi mengajak generasi muda yang bercita-cita menjadi dokter untuk tidak ragu memilih FK Untag Surabaya sebagai tempat menimba ilmu.
“Kami akan mendidik dokter-dokter yang tidak hanya mandiri, tetapi juga memiliki jiwa nasionalisme dan humanisme. Jangan ragu untuk bergabung dengan FK Untag Surabaya, karena kami memiliki fasilitas lengkap, termasuk laboratorium anatomi digital dan teknologi pembelajaran modern,” tutupnya
Saat mendaftar di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), FK Untag Surabaya diwajibkan mencetak dokter yang unggul dalam penanganan kasus infeksi, kelainan sistem respiratori, serta sistem aliran darah.
FK Untag Surabaya berkomitmen melahirkan tenaga medis yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki dedikasi tinggi terhadap kemanusiaan dan kebangsaan. (Gisela)