Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Beasiswa Divisi Media Cetak Ilmu Komunikasi (DIMENSI) Untag Surabaya, bekerja sama dengan Pusat Studi Ilmu Komunikasi Lingkungan (Pusdikomling) Komunitas Padjajaran, menggelar workshop bertajuk ‘Interaksi Negatif Manusia-Satwa dari Sudut Pandang Jurnalisme Lingkungan’.
Kegiatan yang diselenggarakan pada Rabu, 29 Mei 2024, dihadiri oleh berbagai pers mahasiswa serta pemerhati lingkungan. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang dampak negatif interaksi antara manusia dan satwa terhadap lingkungan, serta menyoroti peran penting jurnalisme lingkungan dalam menginformasikan dan mengedukasi masyarakat mengenai isu-isu tersebut.
Sesi seminar pertama dibuka oleh Rinda Aunillah, S.Sos., M.I.Kom., yang menyoroti peran penting media dan jurnalisme lingkungan dalam konservasi. Rinda menjelaskan bahwa jurnalisme lingkungan memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat tentang isu-isu lingkungan dan konservasi.
Ia juga membahas tantangan yang dihadapi oleh jurnalis lingkungan, termasuk tekanan dari kepentingan bisnis dan politik, serta pentingnya menjaga integritas dan ketelitian dalam peliputan berita lingkungan.
“Jurnalis lingkungan menghadapi tantangan besar, Tekanan dari kepentingan bisnis dan politik sering menyulitkan kami menyampaikan kebenaran. Namun, kami harus menjaga integritas dan ketelitian dalam peliputan agar masyarakat mendapatkan informasi akurat dan tepercaya,” paparnya (29/5)
Ali Rizqi Arasyi, Senior Technical Advisor untuk Surveillance and Risk Analysis di FAO ECTAD Indonesia, melanjutkan sesi seminar dengan membahas pengaruh perubahan lingkungan terhadap penyebaran zoonosis di Jawa Barat. Ia menjelaskan bahwa perubahan iklim dan kerusakan habitat dapat mempercepat penyebaran penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia.
“Surveilans yang kuat dan analisis risiko sangat penting untuk mengidentifikasi potensi wabah zoonosis sejak dini dan mencegah penyebaran penyakit,” kata Ali
Rika Gresia Wahyudi, Manager Corporate Communication & Stakeholder Management di PT Pertamina Power Indonesia, memberikan perspektif dari sektor korporasi dalam seminar ketiga. Rika menjelaskan bagaimana perusahaan energi dapat berperan aktif dalam konservasi lingkungan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Ia mencontohkan beberapa inisiatif yang dilakukan oleh Pertamina Power Indonesia, seperti restorasi hutan dan program perlindungan satwa yang bekerja sama dengan berbagai organisasi lingkungan.
Materi keempat dibawakan oleh Fidhiana Wahyu Putri, S.Si., M.Si., Humas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur. Dalam paparannya, Fidhiana membahas tantangan dan dinamika konservasi satwa liar di Jawa Barat. Ia menyoroti bagaimana urbanisasi dan pembangunan infrastruktur yang pesat telah mengurangi habitat alami satwa liar, menyebabkan peningkatan konflik antara manusia dan satwa.
“Masyarakat lokal memiliki peran yang sangat penting dalam upaya konservasi. Tanpa keterlibatan mereka, keberhasilan jangka panjang tidak akan tercapai,” ujar Fidhiana
Setelah sesi seminar, peserta diajak untuk menonton film dokumenter ‘Konservasi dalam Lensa’ yang diproduksi oleh Garda Animalia. Film ini menggambarkan upaya-upaya konservasi yang dilakukan di Indonesia, termasuk kisah-kisah inspiratif dari berbagai pejuang lingkungan. Diharapkan hal ini dapat memberikan inspirasi dan pemahaman lebih mendalam tentang pentingnya konservasi satwa dan lingkungan.
Acara dilanjutkan dengan workshop jurnalistik konservasi yang dipandu oleh Miftah Faridl, koresponden CNN Indonesia TV. Dalam sesi ini, Miftah memberikan pelatihan praktis tentang cara menulis karangan khas dan investigasi terkait isu-isu konservasi. Peserta diajak untuk mengeksplorasi berbagai teknik penulisan yang dapat menggugah kesadaran publik dan mendorong aksi nyata untuk konservasi lingkungan.
Workshop ‘Interaksi Negatif Manusia-Satwa dari Sudut Pandang Jurnalisme Lingkungan’ yang diselenggarakan oleh Dimensi Untag Surabaya dan Pusdikomling Universitas Padjajaran ini berhasil menarik perhatian banyak pihak. Kolaborasi antara pers mahasiswa, dan pegiat lingkungan dalam acara ini menunjukkan bahwa isu-isu lingkungan, khususnya interaksi negatif antara manusia dan satwa, memerlukan pendekatan multidisipliner dan kolaboratif.
Melalui jurnalisme lingkungan yang berkualitas, diharapkan masyarakat dapat lebih peka terhadap isu-isu konservasi dan terinspirasi untuk turut serta dalam upaya pelestarian lingkungan. (Nabila)