Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Menjelang pesta demokrasi, isu politik mendominasi suasana masyarakat seiring menjelang pemilihan presiden. Perhatian tidak hanya terfokus pada pemerintahan sebelumnya, melainkan juga pada penilaian terhadap kinerja Presiden Joko Widodo.
Hal ini menciptakan perbedaan pandangan di kalangan rakyat. Sebagian besar warga tidak hanya menyatakan kepuasan terhadap pemerintahan, namun kritik, terutama dari kalangan anak muda, juga terdengar.
Menurut Dr. Bambang Kusbandrijo, Dosen Administrasi Publik Untag Surabaya sekaligus Ketua Mata Kuliah Umum (MKU), adanya kritik perlu dihargai karena mencerminkan keberanian, namun tetap harus menghormati nilai etika.
“Keberanian anak muda dalam menyampaikan kritik seringkali tidak diimbangi dengan perhatian terhadap risiko dan perasaan orang lain,” ungkap Dr. Bambang (2/1)
Alumni Universitas Gadjah Mada tersebut menyoroti kurangnya perhatian terhadap risiko dan etika dalam kritik yang dilontarkan oleh anak muda terpelajar. Pentingnya kritik sebagai kontrol terhadap kinerja pemerintahan, tetapi harus dilakukan dengan etika dan kebijaksanaan sejalan dengan nilai Pancasila.
“Kritik yang dilakukan oleh masyarakat merupakan bagian dari kontrol terhadap kinerja pemerintahan. Namun, perlu diingat bahwa kritik harus dilandasi oleh hikmat dan kebijaksanaan sesuai dengan sila keempat Pancasila,” paparnya
Selain itu, pemilihan diksi dalam menyampaikan kritik dianggap penting. Dr. Bambang menekankan bahwa kritik harus disusun dengan bijak, menghormati adat dan budaya, serta meminimalkan potensi konflik.
“Keterampilan mengolah kata menjadi kalimat yang baik dianggap sebagai aspek kunci bagi setiap individu yang ingin menyuarakan pendapat,” jelasnya.
Dengan strategi ini, masyarakat khususnya anak muda, diingatkan untuk tidak hanya menunjukkan keberanian dalam menyampaikan kritik, tetapi juga menjunjung tinggi nilai etika, menghormati adat dan budaya, serta memilih kata-kata dengan bijak agar pesan yang disampaikan dapat lebih efektif dan konstruktif menjelang pemilihan presiden. (Nabila)