Dua Pendaki Gugur di Puncak Cartenz, Bahaya Hipotermia Gunung Bersalju

  • 11 Maret 2025
  • VaniaS
  • 81

Dunia pendakian Indonesia berduka atas meninggalnya dua pendaki, Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono, saat mendaki Puncak Cartenz. Jenazah keduanya telah dipulangkan ke Jakarta pada Senin, 3 Maret 2025, menggunakan penerbangan Lion Air pada pukul 10.45 WIT.


Puncak Carstensz, atau Carstensz Pyramid, merupakan bagian dari Pegunungan Jaya Wijaya di Papua dan dikenal sebagai gunung tertinggi di Indonesia. Pegunungan ini membentang dari Papua Barat hingga mendekati perbatasan timur Indonesia.


Saat pendakian menuju Puncak Cartenz (4.884 mdpl), terdapat dua kelompok yang berusaha mencapai puncak. Salah satunya adalah kelompok yang diikuti oleh musisi dan penulis Fiersa Besari, yang dikenal memiliki hobi mendaki.


Penyebab Kematian di Ketinggian: Hipotermia atau AMS?


Menanggapi insiden ini, dr. Icha Safitri, Dokter Umum Klinik Utama Untag Surabaya, menjelaskan bahwa kondisi ekstrem di ketinggian dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Perbedaan suhu dan tekanan udara menyebabkan asupan oksigen dalam tubuh menurun, yang bisa berakibat fatal bagi pendaki.


Beberapa spekulasi menyebut bahwa penyebab kematian pendaki bisa terkait dengan Acute Mountain Sickness (AMS), High Altitude Pulmonary Edema (HAPE), atau High Altitude Cerebral Edema (HACE). Menurut dr. Icha, ketiga kondisi ini memiliki karakteristik berbeda.


“AMS ditandai dengan gejala seperti sakit kepala, mual, dan kelelahan akibat paparan ketinggian. HAPE terjadi akibat penumpukan cairan di paru-paru, yang bisa menyebabkan sesak napas parah. HACE menyerang otak dan menyebabkan pembengkakan, berujung pada disorientasi hingga kehilangan kesadaran,” ungkap Penanggung Jawab Klinik Utama Untag Surabaya itu (11/3/25)


Selain itu, faktor usia, riwayat kesehatan, dan kebugaran fisik sangat memengaruhi risiko gangguan kesehatan saat mendaki di ketinggian. 


“Suhu ekstrem dan kekurangan oksigen di puncak gunung memaksa tubuh beradaptasi. Jika tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen, bisa terjadi hipoksia, edema paru, hingga pembengkakan otak,” tegas dr. Icha


Hipotermia, Ancaman Besar di Gunung Bersalju


Selain AMS dan edema, hipotermia menjadi ancaman utama bagi pendaki di gunung bersalju seperti Carstensz.


“Hipotermia bisa menyebabkan tubuh kehilangan panas dengan cepat, mengganggu fungsi organ, hingga berujung pada kegagalan organ dan kematian,” tambahnya


Pendaki di Indonesia umumnya tidak terbiasa dengan suhu ekstrem bersalju, sehingga tubuh mereka memerlukan waktu lebih lama untuk beradaptasi. Itulah sebabnya, peralatan yang tepat dan strategi bertahan di suhu dingin sangat krusial dalam mendaki puncak tinggi.


Agar pendakian tetap aman, dr. Icha menyarankan para pendaki untuk menjalani general check-up sebelum mendaki. Jika memiliki faktor risiko seperti usia lanjut atau riwayat penyakit tertentu, lebih baik mempertimbangkan kembali untuk mendaki ke puncak tinggi.


“Mendaki bukan hanya soal fisik, tetapi juga kesiapan medis. Persiapan yang matang bisa menyelamatkan nyawa,” tutupnya


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

Vania

Reporter