Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Keuangan seringkali menjadi masalah rumit dalam kehidupan masyarakat, tidak terkecuali mahasiswa. Mahasiswa dikenal sebagai generasi berani mengambil risiko, tetapi mereka juga generasi konsumtif.
Menanggapi hal ini, Kepala Laboratorium Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Untag Surabaya Gustaf Naufan, Amd., S.E., M.M. mengatakan bahwa pengeluaran harus sepadan dengan pendapatan keuangan yang diterima.
“Cara hidup mahasiswa yang cenderung sebagai generasi konsumtif dipengaruhi oleh pertumbuhan dan pengaruh budaya digital. Kita harus dapat mempertimbangkan dengan cermat sumber penghasilan, terutama jika anda seorang mahasiswa dan belum memiliki penghasilan sendiri. “Masih muda jangan sampai mengalami lebih besar pasak dari pada tiang,” jelas Gustaf
Selain itu, penting untuk mempertimbangkan konteks kebutuhan sesuai dengan kondisi kedepan agar seimbang antara pendapatan dan pengeluaran, artinya tak hanya mengikuti hawa nafsu atau adu saing dengan orang lain dalam membeli kebutuhan.
Kondisi endemi Covid-19 seperti saat ini, pusat perbelanjaaan mengalami tekanan daya masyarakat yang tinggi. Produsen menawarkan diskon dan promo besar di awal tahun. Sebagai konsumen yang baik, penting untuk mencatat kebutuhan barang yang dibeli. Dari segi hukum ekonomi, pertukaran, indeksasi harga produk, subtitusi kualitasnya produk dan produk pesaing.
“Banyak cara yang dapat dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan potensi diri menyiapkan resolusi tahun ini tanpa menjadi konsumtif. Sibuk mendalami course bahasa asing, menghasilkan karya tulisan yang mana tulisannya bisa dijual di publik, mengulik tentang ilmu investasi pasar modal, serta belajar ilmu wirausaha agar tidak hanya menjadi seoarang konsumen namun bisa memproduksi barang atau jasa,” papar Kepala Laboratorium Ilmu Manajemen tersebut
Ia juga menyoroti program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Kegiatan yang diadakan di luar program studi ini dapat mengimplementasikan hardskill dan softskill para mahasiswa. Dengan harapan menjadi nilai tambah mahasiswa menyelami proses kehidupan riil, memperhatikan koridor-koridor terutama kegiatan ekonomi dan memulai kreativitas usaha.
“Dana darurat atau motif berjaga-jaga atau pencegahan (precautionary motive) juga menjadi penting untuk disisihkan sebagai antisipasi pada hari mendatang, jika sakit yang datang tiba-tiba atau pengeluaran yang mendesak,” jelasnya
Sebagai upaya untuk melek keuangan yang baik juga perlu menyisihkan uang tabungan dan dana investasi. Terdapat tahapan-tahapan sebagai pemula untuk memilih investasi yang tepat dan menyesuaikan budget yang dimiliki mahasiswa.
“Untuk memulai investasi jangan hanya mengikuti tren tanpa memahami ilmunya. Saat investasi saham jangan pakai dana pinjaman, karena berisiko tinggi. Gunakan anggaran yang tersisa dan bersifat pasif,” tutup Gustaf. (Nabila)