Harga Diri Religiusitas Dan Kesediaan Dipoligami Pada Perempuan

  • 01 Februari 2016
  • 6103

Asumsi awal Hayani, mahasiswa Magister Psikologi UNTAG Surabaya, perempuan-perempuan yang bersedia dipoligami adalah perempuan-perempuan yang memiliki harga diri rendah, karena mereka cenderung kurang berhasil dalam berbagai hal. Mereka mempunyai kehidupan sosial yang cenderung biasa saja. Jadi, mereka merasa tidak perlu mempertahankan atau merasa malu pada lingkungan bila dipoligami.

Ternyata dari hasil penelitian yang Hayani lakukan justru perempuan yang bersedia dipoligami adalah perempuan yang memiliki harga diri yang tinggi. Itu terjadi karena perempuan yang harga dirinya tinggi cenderung optimis dalam memandang masa depannya, positif thinking.

“Mereka yakin bahwa mampu menghadapi masalah-masalah dalam poligami dan semisal terjadi perceraian dia berpikir tetap bisa hidup,” ungkap Hayani seusai sidang tesis di gedung pascasarjana UNTAG Surabaya.

Asumsi awal lainnya dari Hayani adalah perempaun yang bersedia dipoligami yaitu perempuan yang memiliki religiusitas yang tinggi karena mereka memiliki kenyakinan yang kuat akan pokok-pokok ajaran Tuhan-Nya, termasuk juga tidak ingin menentang takdir Tuhan, tidak mau mendosakan suami, dan harus taat suami.

“Asumsi awal saya ternyata kurang tepat, terbukti bahwa perempuan yang bersedia dipologami adalah perempuan-perempuan yang memiliki religiusitas yang tinggi, karena mereka cenderung akan patuh pada suami, ingin suaminya merasa senang, dan tidak mau menentang takdir Tuhan,” imbuh Hayani kepada warta17agustus.com.

Menurut Hayani, banyak faktor yang berpengaruh pada kesediaan dipoligami pada perempuan, seperti faktor kultur dan psikologi lintas budaya. “Contohnya saya yang menyatakan tidak bersedia dipoligami karena dalam kultur budaya saya tidak ada poligami. Jika saya bersedia poligami pasti akan ditolak oleh lingkungan budaya saya,” pungkasnya.


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id