Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Pentingnya edukasi mengenai bahaya infodemic dan penyebaran berita hoaks kepada mahasiswa dalam menghadapi tantangan pilkada 2024. Sebanyak 130 mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Untag Surabaya menerima edukasi tersebut melalui kegiatan Sekolah Kebangsaan Tular Nalar, yang diinisiasi oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).
Mafindo, adalah organisasi masyarakat sipil yang memelopori berbagai inisiatif untuk melawan hoaks. Persiapan acara melibatkan 10 fasilitator dan 4 panitia yang memastikan jalannya kegiatan berlangsung lancar pada 17 September 2024.
Mahasiswa yang hadir merupakan pemilih pemula, dengan rentang usia 18-20 tahun. Mereka mendapatkan pemahaman mendalam mengenai pentingnya melawan hoaks, terutama terkait berita-berita yang akan muncul saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mendatang.
Acara dibuka oleh Khusnul Fathoni selaku Master of Ceremony (MC) dan dilanjutkan dengan sambutan dari Santi Indra Astuti, Program Manager Tular Nalar.
Sementara itu, Dr. Merry Fridha Tripalupi, M.Si., Dosen Ilmu Komunikasi sekaligus penanggung jawab acara, mengonfirmasi kesiapan penuh acara ini.
“Hari ini, Sekolah Kebangsaan Tular Nalar bertujuan mendidik pemilih pemula agar lebih memahami demokrasi dan tidak mudah terpengaruh berita palsu atau hoaks. Kami ingin mendorong mereka berpikir lebih kritis dan memahami proses demokrasi dengan baik,” ujar Dr. Merry.
Dalam wawancaranya, Mohammad Insan Romadhan, Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi Untag Surabaya, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari kerja sama Tular Nalar dengan Prodi Ilmu Komunikasi Untag.
“Kegiatan ini adalah bentuk literasi bagi pemilih pemula, khususnya menyambut Pilkada serentak pada 27 November 2024. Segmentasi utama program ini adalah Gen Z, dengan fokus kepada mahasiswa semester 1 dan 3. Ini adalah inisiatif Mafindo yang bekerja sama dengan perguruan tinggi, termasuk Untag Surabaya,” jelas Insan.
Peserta dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 10-12 orang, masing-masing dipandu oleh fasilitator yang menyampaikan materi tentang cara menyaring informasi dan menghindari berita hoaks. Sebelum materi dimulai, mahasiswa diminta mengisi pre-test untuk mengukur pemahaman awal mereka tentang berita.
Acara dilanjutkan dengan sesi ice breaking, berupa permainan yang menguji keterampilan komunikasi dan penyampaian informasi. Mahasiswa diminta meniru gerakan yang diperagakan secara berantai, dan mahasiswa terakhir dalam barisan harus menebak gerakan tersebut.
Para peserta juga diberikan studi kasus berupa contoh berita, kemudian diminta untuk memberikan analisis serta solusi terhadap berita tersebut. Diskusi interaktif bersama fasilitator menjadi bagian penting dari sesi ini.
Kegiatan ditutup dengan kuis yang berisi tiga pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan. Para peserta yang aktif berpartisipasi mendapatkan apresiasi berupa goodie bag dan sertifikat sebagai tanda partisipasi.
Program ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membentuk mahasiswa yang kritis, bertanggung jawab, dan mampu berkontribusi dalam menjaga kualitas demokrasi dengan menyebarkan informasi yang benar dan menghindari penyebaran hoaks di tengah masyarakat.
Reporter