Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Gejolak demokrasi mulai tumbuh subur di Indonesia. Tahun 2023 kerap disebut sebagai awal tahun politik, hampir semua pihak menyerang informasi capaian dan keunggulan masing-masing.
Beberapa nama mulai bermunculan sebagai tokoh yang digembar-gemborkan sebagai calon orang nomor satu di Indonesia. Menariknya, sebagian besar peserta Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 berasal dari segmen pemuda. Perlu dicatat bahwa 60 persen milenial dan generasi Z akan berpartisipasi dalam perlombaan politik 5 tahunan.
Menanggapi hal tersebut, akademisi Untag Surabaya, Drs. Jupriono, M.SI berpesan kepada para pemuda mengenai peran dan kontribusi pemuda menjelang pesta demokrasi 2024.
“Meningkatkan literasi adalah langkah pertama. Kemampuan yang dimaksud adalah meningkatkan intensitas membaca dari berbagai sumber, yaitu memperoleh informasi yang relevan dan akurat,” ujarnya kepada Tim Warta 17 Agustus, Jumat (27/01).
Dosen yang memiliki minat di bidang komunikasi politik ini menyebut, bahwa kesadaran akan politik sangat penting untuk ditanamkan dalam setiap orang. Tidak terkecuali pada pemuda yang akan menjadi tombak kemajuan dari sebuah negara.
“Generasi muda harus membaca berita mengenai politik itu sendiri, apalagi setahun menjelang Pemilu 2024. Mereka dapat melihat dan memahami apakah berita yang mereka dapatkan itu sumbernya jelas, apakah dari sumber yang kredibel, dan selanjutnya yang perlu dipahami adalah apakah mereka membandingkan satu berita dengan berita yang lain,” jelasnya.
Melalui proses tersebut, diharapkan dapat menimbulkan rasa kepedulian dan kritis. Ini juga akan membantu dalam menganalisis dan menarik lebih banyak kesimpulan.
“Yang terpenting bukan hanya kemampuan membaca, tapi juga kemampuan menganalisa dan menyaring,” katanya.
Banyaknya masyarakat Indonesia yang belum paham mengenai isu-isu politik, peran pemuda juga harus dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar melalui gerakan kehidupan nyata atau konten media sosial.
“Kebanyakan pemilih hanya melihat kepribadian dan elemen lain seperti jadwal kerja, dukungan partai dan lain sebagainya. Tidak diragukan lagi, hal ini sangat berpengaruh bagi masa depan Indonesia. Anak muda tidak memerlukan dana yang besar atau nama besar. Dimulai dari gerakan di tingkat kampus untuk memberikan sosialisasi kepada teman-teman di kelompok masyarakat sekitar atau teman kampus mungkin di sekitarnya agar mereka juga memiliki kesadaran politik yang lebih tinggi,” tutup Jupri. (Nabila)