Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Desa Wonogriyo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, memiliki potensi budidaya tanaman buah seperti alpukat dan pepaya dengan nilai komersial tinggi di kawasan tropis. Namun, petani di Lumajang menghadapi tantangan karena penggunaan pupuk kimia dalam budidaya alpukat.
Penggunaan pupuk kimia selain mahal, juga berdampak negatif pada kualitas tanah, terutama penurunan unsur hara. Dampak ini memperlambat masa tanam hingga masa panen hingga 3-4 tahun lebih lama dari seharusnya. Hal ini menyebabkan kenaikan biaya operasional dan hasil buah alpukat yang tidak optimal.
Dalam upaya mengatasi permasalah ini, Hery Murnawan, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Industri Untag Surabaya, dan Faradlillah Saves, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Sipil Untag Surabaya, mencoba menerapkan nutrisi alami sebagai bahan penyubur tanah.
Pembuatan nutrisi alami tidak menghabiskan banyak biaya, karena bahan-bahan yang digunakan berasal dari potensi daerah, seperti serbuk gergaji dan kotoran hewan yang banyak ditemukan di Desa Wonogriyo.
“Nutrisi ini terbuat dari bahan nabati dan hewani yang didaur ulang dari tanaman dan limbah di sekitar lingkungan, dengan tujuan untuk memulihkan unsur tanah yang esensial bagi pertumbuhan tanaman. Penggunaan nutrisi ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi biaya pupuk, sehingga dapat meningkatkan keuntungan para petani,” jelas Hery (30/10).
Ketua Program Studi Teknik Sipil mengatakan bahwa pH tanah dapat meningkat setelah menggunakan nutrisi alami.
“pH tanah di lokasi ini saat awal pengukuran sangat rendah, namun setelah mengimplementasikan nutrisi tersebut, pH tanah meningkat hingga mencapai 6. Untuk pertumbuhan tanaman alpukat yang optimal, pH tanah minimal harus mencapai 7. Oleh karena itu, kita perlu melakukan pemupukan ulang pada tanah nantinya agar dapat menciptakan nutrisi yang efektif,” imbuh Faradlillah Saves.
Dosen - dosen Untag Surabaya juga berupaya mengedukasi kelompok usaha tani Desa Wonogriyo tentang cara membuat nutrisi nabati dan hewani dengan tujuan agar para petani di daerah setempat dapat membuat nutrisi sendiri dan mengimplementasikannya di lahan pertaniannya masing-masing.
Upaya ini mendapatkan respon positif dari para petani Desa Wonogriyo, yang melihat inovasi ini sebagai langkah maju dalam meningkatkan hasil pertanian setempat.
“Kami sangat berterima kasih atas bantuan dan ilmu yang diberikan oleh para dosen Untag Surabaya. Dengan nutrisi alami ini, kami harap hasil pertanian kami akan semakin baik, dan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih terjangkau,” ungkap Ibu Sumiati, petani Desa Wonogriyo.
Kepala Desa Wonogriyo mendukung penuh upaya para dosen dan kelompok usaha tani dalam mengimplementasikan nutrisi alami.
“Ini merupakan langkah positif untuk memajukan pertanian kami. Dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan, kami berharap Desa Wonogriyo akan menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengoptimalkan hasil pertanian,” terang Suryanto.
Para petani di Desa Wonogriyo juga diajarkan tentang praktik pertanian organik dan teknik-teknik pemeliharaan tanaman yang lebih efisien.
“Melalui langkah-langkah inovatif seperti ini, Desa Wonogriyo dan daerah sekitarnya diharapkan dapat mengatasi tantangan dalam budidaya tanaman buah dan mewujudkan pertanian yang lebih berkelanjutan, ramah lingkungan, dan menguntungkan bagi petani,” tutup Kepala Desa Wonogriyo. (Nabila)