Jalani Rutinitas tapi Merasa Hampa Hati-Hati Itu Tanda Burnout

  • 04 Juli 2025
  • 8

Burnout adalah kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang terjadi akibat tekanan berkepanjangan. Meski sering dikaitkan dengan dunia kerja, burnout juga bisa dipicu oleh tuntutan akademik, tekanan sosial, hingga ekspektasi pribadi yang berlebihan.


Di tengah gaya hidup serba cepat dan budaya “harus selalu produktif”, fenomena ini makin banyak dialami oleh generasi muda. Mengutip Halodoc, burnout tidak terjadi secara tiba-tiba. Kondisi ini berkembang melalui beberapa fase. Memahami fase-fase ini menjadi langkah penting agar individu dapat mengenali gejala awal dan melakukan pencegahan sejak dini.


Fase pertama ditandai dengan antusiasme tinggi. Seseorang merasa sangat termotivasi dan penuh semangat terhadap peran atau tanggung jawab yang dijalani. Namun, jika tidak diimbangi dengan manajemen stres yang baik, perlahan ia akan memasuki fase kedua yaitu stres ringan. Pada tahap ini, mulai muncul tekanan dari meningkatnya beban atau kompleksitas tugas, meski masih dapat ditoleransi.


Jika dibiarkan, stress ringan dapat berkembang menjadi fase ketiga, yaitu stres kronis. Di fase ini, individu mulai mengalami kelelahan konsisten, perubahan suasana hati yang memburuk, dan kesulitan berkonsentrasi. Akumulasi stres yang tidak tertangani mengarah pada fase keempat, yaitu burnout menyeluruh. 


Kondisi burnout menyebabkan seseorang merasa hampa secara fisik dan emosional, kehilangan motivasi, serta mengalami gejala fisik seperti sakit kepala, gangguan tidur, dan rasa putus asa yang mendalam. 


Meski terdengar serius, burnout bukan kondisi yang tidak bisa diatasi. Langkah-langkah sederhana namun konsisten bisa membantu pemulihan dan mencegah kelelahan mental yang lebih parah. Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan :

1. Sadari dan terima kondisimu, mengakui bahwa sedang burnout adalah langkah awal untuk pulih.

2. Atur ulang ritme dan beban kerja, kurangi beban yang tidak perlu, dan berikan jeda pada diri sendiri.

3. Sisihkan waktu untuk diri sendiri, lakukan aktivitas yang membuat rileks tanpa rasa bersalah.

4. Batasi penggunaan media sosial, kurangi paparan yang memicu perbandingan diri dan stres.

5. Bangun koneksi dan dukungan sosial, cerita ke orang terdekat untuk mengurangi beban emosional.

6. Konsultasikan ke profesional jika diperlukan, bantuan ahli akan sangat berarti jika gejala mulai mengganggu keseharian.


Burnout bisa dialami siapa saja dan tidak boleh dianggap remeh. Mulailah peduli pada diri sendiri, ambil jeda, dan atur ulang ritme hidup. Jangan ragu untuk mencari bantuan, karena menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan mengejar pencapaian. Berhenti sejenak bukan berarti menyerah, tetapi langkah strategis untuk bisa melangkah lebih jauh. (Dini)


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

\