Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Adanya kebijakan baru dari Pemerintah Kota (Pemkot) dan Dispendik (Dinas Pendidikan) Kota Surabaya yaitu pembebasan PR untuk siswa SD dan SMP menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat Kota Surabaya. Walikota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan penghapusan PR ini dimulai tanggal 10 November bertepatan dengan Hari Pahlawan.
Dra. Hj. Wiwik Wahyuningsih, MM., Kepala Sekolah SMPTAG (SMP 17 Agustus 1945) Surabaya ikut memberikan tanggapan akan kebijakan tersebut melalui wawancara dengan team Warta 17 Agustus, (28/10). Tentu dari kaca mata seorang Kepala Sekolah akan berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat umum.
“Penghapusan PR ini jangan diartikan semata-mata Pekerjaan Rumah untuk anak-anak dihapus dan tidak ada kegiatan positif lainnya. Mungkin bentuknya jangan membebani anak seperti disuruh mengerjakan lks lalu dikumpulkan yang membuat jenuh anak-anak,” terangnya.
Murid SMPTAG Surabaya tetap diberikan pekerjaan rumah namun dengan bentuk yang berbeda. Tentunya hal ini bermanfaat bagi pertumbuhan karakter anak. Mengikuti adanya program profile pelajar pancasila, murid-murid dapat menerapkan 6 elemen yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.
Menurutnya, penghapusan PR tidak dihapus sepenuhnya 100% karena setiap Guru SMPTAG memiliki hak untuk mengetahui bagaimana tingkatan kondisi anak. Tidak ada PR yang sifatnya tidak bermanfaat kepada anak.
“Harapannya murid-murid harus menjadi anak yang kreatif, akhlakul karimah, inovatif dan berkarakter. Karakter ketakwaan kepada Tuhan YME, apapun agamamu kamu harus bertakwa terhadap keyakinannya, itu yang utama. Yang kedua, menghargai orang. Yang ketiga, gotong royong dan kemandirian. Jadi apapun kurikulumnya, mau diganti, mau dibatasi atau apa, tetap karakter anak-anak menjadi prioritas”, tambahnya di akhir wawancara. (Anin)