Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Publik baru-baru ini dikejutkan oleh kasus pembunuhan oleh dua pemuda lelaki berusia 10 tahun yang kemudian menjual ginjalnya di pasar gelap untuk mendapatkan sepeser uang.
Menanggapi hal tersebut, Etik Darul Muslikah, S.Psi., M.Psi, Psikolog, Kepala Unit Pelayanan & Konsultasi Psikologi (UPKP) Untag Surabaya menjelaskan motivasi pembuhuhan diakibatkan kerentanan perkembangan psikologis.
“Kemungkinan motivasi terdapat dua hal, yaitu kerentanan perkembangan psikologis pada masa remaja yang mengakibatkan penilaian buruk dan gangguan serta kemungkinan tersangka memiliki sifat kepribadian antisosial. Hal ini karena sifat kepribadian antisosial adalah orang yang ingin menyakiti orang lain, tapi tidak memiliki perasaan bersalahnya untuk mencapai tujuan semula,” jelas Etik (17/1)
Kepribadian muncul sebagai ekspresi genetik, namun juga dapat diekspresikan jika lingkungan mendukung.
“Lingkungan yang benar atau salahnya masih “bias” merupakan salah satu gejala munculnya kepribadian tersebut. Selain itu kurang kedewasaan dan kecerobohan dalam memahami perasaan sendiri karena akibat kurang adanya pemantauan sehingga konsekuensi atas perilakunya juga tidak maksimal,” ujar Kepala Unit Pelayanan & Konsultasi Psikologi tersebut.
Berdasarkan usia dan kejahatan yang dilakukan, Etik berpendapat bahwa kedua tersangka harus dihukum sesuai dengan hukum yang ada.
“Jadi, kejahatan yang dilakukan dapat menjadi upaya korektif keduanya. Rehabilitasi juga merupakan hal penting untuk diterapkan,” terangnya
Rehabilitasi bertujuan mencapai perbaikan akhlak dan mampu hidup sebagai manusia yang berbudi luhur. Jika memang disebabkan oleh sifat antisosial, maka harus mendapat dukungan ekstra agar memiliki tidak melakukan kejahatan yang sama.
“Remaja dengan kerentanan pengembangan psikologis biasanya melakukan kejahatan ketika stres sehingga kita harus bantu mereka punya kemampuan penyelesaian yang lebih baik dan adaptif. Maka dari itu pentingnya rehabilitasi agar generasi muda mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi permasalahannya,” ujar alumnus Postgraduate Diploma in Psychology (Neuropsychology) The University of Newcastle, Australia itu
Dari kajian psikologi forensik mengenai memahami perilaku kejahatan, Etik berharap masyarakat Indonesia tidak menjadi kontributor kejahatan.
“Menurut saya, tidak cukup hanya fokus kepada dua pemuda yang melakukan kejahatan. Padahal, kita harus segera mengambil tindakan untuk menghentikan dan membatasi pasar gelap organ tubuh manusia yang sudah ada atau sedang diproduksi di Indonesia. Jangan menjadi kontributor terbesar tanpa sepengetahuan dan kita dapat kontrol sama sekali,” tutup Etik. (Nabila)