Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Fakultas Psikologi Untag Surabaya selenggarakan kuliah umum tentang Pentingnya Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Sejak Dini, yang terselenggara di Ruang Suparman Hadipranoto Graha Wiyata lantai 9 Untag Surabaya, (22/04/19). Kegiatan bertemakan ‘’Identifikasi & Intervensi Terhadap Siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)’’ ini menghadirkan Dr. Indun Lestari Setyono M.Psi., Psikolog., Ketua Asosiasi Psikolog Sekolah Indonesia (APSI) sebagai narasumber.
Dr. Suroso, MS., Psikolog, Dekan Fakultas Psikologi mengatakan kuliah umum ini berkaitan tentang pendidikan terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Sebagaimana telah diketahui, sekarang masyarakat sudah semakin terbuka terhadap permasalahan anak berkebutuhan khusus, sehingga kuliah umum ini diadakan dengan menyangkut kondisi dan kebutuhan masyarakat tentang permasalahan tersebut.
‘’Alhamdulillah pakar yang kita nanti – nanti bisa datang pada kesempatan ini. Semoga dengan adanya kegiatan ini, Dr. Indun bisa mengenalkan identifikasi terhadap anak berkebutuhan khusus dan untuk mengenalkan sedikit intervensinya nanti seperti apa. Saya berharap pada semua mahasiswa, baik S1, maupun S2 untuk mendapatkan informasi, wawasan, dan gambaran meskipun baru sasaran awal tentang mengenali, gambaran awal dalam menyikapi, sampai menangani kasus – kasus yang terkait dengan anak berkebutuhan khusus,’’ ujar Suroso kala memberikan sambutan.
Sementara itu, Dr. Indun Lestari Setyono M.Psi., Psikolog., menjelaskan bahwa psikologi pendidikan adalah bagian dari ilmu psikologi yang mempelajari perilaku orang dalam lingkup pendidikan. Lingkup pendidikan yang dipelajari terkait fungsi psikologi yang mengulas perubahan perilaku disebut dengan psikologi belajar. Psikologi belajar sendiri merupakan perubahan perilaku yang menetap sebagai akibat latihan atau pengalaman perilaku yang sama.
‘’Berperilaku menetap adalah perilaku yang memiliki standart yang akan dicapai dari suatu aktifitas. Contohnya, saat mengajar dalam kampus saya selalu menekankan kepada mahasiswa agar menerapkan standart apa yang akan dicapai dalam melakukan sesuatu, karena mereka harus benar – benar paham perilaku yang mereka lakukan, apakah akan mempunyai dampak apa nantinya,’’ jelas Dr. Indun.
Kemudian, wanita asal Bandung itu juga menyampaikan interaksi antara stimulus dengan metoda pemberian harus jelas, standart apa yang akan dipakai nantinya. Karena interaksi antara stimulus dengan metoda pemberian yang berbeda akan menimbulkan situasi interaksi yang berbeda pula pada anak nantinya.
‘’Sebenarnya tujuan pendidikan dapat dicapai melalui tahapan perubahan perilaku tertentu, sampai tercapai standart perilaku yang akan dicapai. Contohnya, untuk bisa membaca siswa harus bisa mengucap dulu. Dari situ dapat disimpulkan, bahwa manusia harus bisa mengucap dulu baru akan bisa membaca. Itu lah yang saya sebut dengan tercapainya suatu standart,’’ papar dosen Universitas Padjadjaran itu.
Lebih lanjut, Dr. Indun menerangkan ada 3 konsep pemikiran psikologi pendidikan. Yaitu pendekatan pendidikan sekolah atau formal, pendidikan keluarga dan pendidikan masyarakat.
‘’Pertama pendidikan, disini lebih banyak melakukan perubahan perilaku untuk bisa menyesuaikan dengan penyelesaian tugas – tugas akademik, jadi lebih ditekankan pada kognitif. Kedua, pendidikan keluarga, lebih banyak menekankan pada perubahan perilaku yang terkait dengan penyesuaian sosial, sehingga ada perubahan pada perkembangan emosi dan motivasi. Dan terakhir, pendidikan masyarakat, lebih banyak melakukan penyesuaian terhadap masyarakat yang merupakan gabungan dari fungsi kognitif, emosi dan motivasi,’’ terangnya.
Diakhir, Ketua Asosiasi Psikolog Sekolah Indonesia (APSI) itu berpesan untuk tidak memberikan gadget pada anak – anak sejak kecil. Karena akan mempengaruhi pengucapan anak.
‘’Saya berpesan kepada semua, jangan sampai memberikan gadget pada anak – anak sejak kecil. Karena kemampuan mengenal artikulasi pengucapan kata harus dimulai sejak kecil, jangan sampai sedikit – sedikit kasih gadget, itu akan sangat berpengaruh pada pengucapan anak. Jika sedikit – sedikit kasih gadget akan mempersulit kemampuan untuk berbicara pada saat dewasa nantinya,’’ tutup Dr. Indun.
Reporter : MKM
Editor : LA_unda