Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Lima Mahasiswa Untag Surabaya yang tergabung dalam satu tim berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kewirausahaan 2024 dengan proyek ‘Penerapan Zero Waste Lifestyle dengan Batik Ecoprint All Occasion sebagai Edukasi Pelestarian Batik Khas Surabaya’.
Tim tersebut terdiri dari Marcelia Adriana Batuwae (Akuntansi), Dian Amanda (Akuntansi), Sausan Nada Salsabila (Akuntansi), Al Fitrah Afifah Bahza (Arsitektur) dan Ivana Caroline (Sastra Jepang).
Marcelia, Ketua Tim, menjelaskan bahwa mereka mengangkat proyek ini karena wujud dari bentuk kepedulian terhadap lingkungan dengan mengurangi limbah tekstil akibat pemborosan fashion.
“Kami melihat masih banyak masyarakat, baik di luar kota maupun di Surabaya, yang belum mengenal dan mengetahui bahwa ada enam motif batik khas Surabaya. Selain itu, kami juga ingin mengurangi limbah tekstil sehingga produk kami dapat digunakan dalam jangka panjang sebagai baju atau rok,” ungkap Marcelia (7/5)
Selama penyusunan proposal PKM-K, tim mengalami kebingungan terkait fokus dan manfaat yang akan mereka tawarkan kepada masyarakat. Untuk mengatasi hal ini, mereka melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, yaitu Maulidah Narasti, S.E., MA, guna mencari solusi yang tepat.
“Tantangan terbesar kami adalah menentukan fokus dan acuan yang jelas untuk konsep dan hasil produk kami. Awalnya, konsep kami masih rancu dan tidak memiliki dasar yang jelas terkait manfaat dan tujuannya, terutama bagi masyarakat. Saat berkonsultasi, kami diberitahu bahwa harus ada acuan yang tepat, seperti sesuatu yang membedakan produk kami dari yang sudah ada (misalnya pengalaman pengguna setelah memakai barang kami atau bahan yang kami gunakan ini unik dan belum pernah dipakai sebelumnya),” jelas ketua tim
Dian Amanda, salah satu anggota tim, mengungkapkan bahwa Penerapan Zero Waste Lifestyle dengan Batik Ecoprint All Occasion, selain sebagai edukasi tentang lingkungan, diharapkan dapat menjadikan batik sebagai inovasi baru dalam dunia fashion dengan beragam pakaian yang terbuat dari batik khas Surabaya yang lebih ramah lingkungan.
“Lebih menyebarluaskan motif batik khas Surabaya kepada masyarakat, baik di Surabaya maupun sekitarnya, serta menciptakan inovasi dalam fast fashion dengan menghasilkan kain batik yang dapat dijadikan berbagai macam model. Hal ini diharapkan dapat mengurangi pemborosan fashion dan limbah tekstil,” imbuh Dian
Keberhasilan mereka dalam mendapatkan pendanaan PKM Kewirausahaan 2024 menjadi langkah awal yang signifikan dalam upaya menciptakan perubahan positif bagi masyarakat dan lingkungan. Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, tim ini berharap proyek mereka dapat menjadi Edukasi Pelestarian Batik Khas Surabaya serta memberikan kontribusi nyata bagi pelestarian lingkungan dan budaya lokal. (Azri)