Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Mahasiswa Kampus Merah Putih Untag Surabaya, Moch sabil Liwaq, Agatha Hannabel Avna, Dharu Zastia Priyangga (Prodi Teknik Industri) dan Jastifen Elliot S.M (Prodi Sistem dan Teknologi Informasi) berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di bidang kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Tim yang diketuai oleh Moch Isabil Liwaq menjadi salah satu di antara enam tim Untag Surabaya yang lolos pendanaan PKM pada tanggal 19 April 2024 berdasarkan surat pemberitahuan nomor 2546/E2/DT.01.00/2024 dari Kemenristekdikti. Proses seleksi proposal dilakukan selama 3 bulan, dimulai dari unggah Proposal PKM skema pendanaan sejak 1 Februari 2024.
Mereka memilih proyek ‘Organic Feed for Catfish (ORFISH)’ untuk mendukung produktivitas dan keberlanjutan peternakan lele, yang berjudul ‘ORFISH: Meningkatkan Produktivitas dan Keberlanjutan Peternakan Lele melalui Pakan Organik Berbasis Limbah Darah Ayam Broiler’.
Ketua Tim yang kerap disapa Isa, menjelaskan bahwa ide awal menciptakan proyek ORFISH adalah kesadaran untuk membantu para peternak lele di sekitar daerahnya dengan menyediakan alternatif pakan yang lebih murah namun tetap bernutrisi.
“Awalnya, di daerah rumah saya yaitu daerah Wonoayu, banyak yang memiliki usaha ternak lele. Banyak teman-teman ayah saya yang terlibat dalam usaha tersebut. Tapi sayangnya, banyak yang bangkrut, collapse, karena biaya pakan lele yang mahal, sedangkan lele membutuhkan asupan nutrisi yang bagus. Jadi, kami punya inovasi untuk membuat pakan lele alternatif dari limbah darah ayam broiler,” jelas Isa (26/4)
Dharu, salah satu anggota tim, juga menjelaskan latar belakang terciptanya terobosan ORFISH, yaitu kurangnya pasokan pakan lele yang berasal dari limbah darah ayam broiler, sambil menyampaikan harapannya bahwa proyek ORFISH dapat membuka peluang lapangan kerja baru bagi masyarakat di sekitarnya.
“Tentunya ini menjadi langkah untuk membuka lapangan kerja, terutama karena di daerah ketua tim kami banyak yang membuka tambak peternakan lele. Kita menciptakan inovasi baru, karena tidak banyak yang menggunakan darah ayam sebagai pakan untuk ikan lele,” imbuhnya
Dalam prosesnya, Agatha Hannabel mengakui bahwa salah satu hambatan yang sering terjadi adalah perbedaan pendapat dan ide di antara anggota tim. Bahkan, demi kesuksesan dalam program PKM kali ini, mereka menghadapi situasi di mana dua ide yang berbeda mendasari pengiriman dua proposal proyek secara bersamaan.
“Tim kami sebenarnya mengajikan dua proposal. Satu di bawah kepemimpinan Isa dan yang lain di bawah kepemimpinan saya. Jadi, fokusnya agak terbagi, terutama saat kami harus menyusun anggaran biaya yang sangat untuk kegiatan dan proyeksi keuntungan penjualan, sesuai dengan persyaratan PKM,” terang Agatha
Agatha mengaku bahwa dirinya dan tim harus membuat dua anggaran biaya yang berbeda.
“Kami harus membuat dua anggaran biaya yang berbeda, yang menyebabkan konflik sering terjadi di antara kami. Konflik itu sering muncul, terutama ketika kami menemukan bahwa template proposal dari tahun lalu berbeda dengan template tahun ini, sehingga kami harus merombak proposal agar sesuai dengan persyaratan terbaru. Itu sebenarnya menjadi tantangan tersendiri,” tambahnya
Proyek ORFISH ini tidak terlepas dari dukungan dosen pembimbing mereka, yaitu Dr. Jaka Purnama, S.T., M.T., yang berperan sebagai mentor. Dukungan tersebut sangat berperan dalam kesuksesan terobosan mereka dalam seleksi online pendanaan program kreativitas mahasiswa dengan skema pendanaan PKM-K (Kewirausahaan). (Azri)