Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Hubungan percintaan remaja seperti pedang bermata dua. Di satu sisi hal itu adalah kisah cinta yang indah, di sisi lain dapat itu melukai hati. Cinta tidak sehat secara terang-terangan, berulang, dan dalam waktu yang lama rentan menimbulkan masalah psikologis.
Dosen Fakultas Psikologi Untag Surabaya, Anrilia Ema Mustikawati Ningdyah, S.Psi., M.Ed., Ph.D., Psikolog mengatakan isu ini perlahan-lahan berdampak negatif pada setiap kalangan.
“Penting bagi remaja dan orang tua untuk peka dan lebih perhatian kepada mereka yang terlibat dalam masalah percintaan,” tuturnya saat diwawancarai Tim Warta 17 Agustus, Senin (15/5)
Menemukan identitas dan memahami hubungan sosial di masa remaja adalah akar dari masalah percintaan. Remaja mudah menarik diri dan menjadi tidak stabil secara emosional dalam situasi sosial.
“Remaja masuk fase eksplorasi. Mereka membutuhkan seseorang selain orang tua mereka yang dapat memberikan rasa aman dan cinta untuk membentuk ikatan emosional yang sehat, dan mereka rentan terhadap stres sehingga keadaan pikiran menjadi faktor penting,” jelas Ema
Dalam perkembangan kognitif sosial, remaja belajar melalui media pengamatan dan pengalaman. Hal tersebut menjadi penting bagi kehidupan untuk memandang cinta, kesetiaan, dan kepercayaan.
Dosen Fakultas Psikologi Untag Surabaya itu mengungkapkan respons kekerasan yang traumatik dapat menimbulkan penurunan kepercayaan dan penilaian terhadap hubungan percintaan di masa depan. Bahkan remaja dapat menilai secara menyeluruh bahwa tidak ada orang yang tulus dalam menjalani sebuah hubungan.
“Perselingkuhan dapat mempengaruhi kondisi remaja. Bagi remaja perlu memastikan kesiapan sebelum memutuskan dalam sebuah hubungan. Kalau belum siap, alangkah baiknya menyiapkan diri,” tuturnya
Secara psikis kegagalan percintaan dapat memunculkan rasa malu dan ketidakberhargaan terhadap dirinya. Remaja dapat merasa kesepian dan malu dalam membagikan pengalaman percintaan yang gagal.
“Karena, selingkuh bukanlah hal yang harus membuat bangga. Hal tersebut jika tidak adanya kelola dengan baik akan menimbulkan stres berkelanjutan yang berujung depresi. Secara psikis akan membuat orang merasa malu, terutama pada usia yang masih labil. Remaja masih kesulitan dalam memproses emosi karena masih tahap belajar mengelola emosi,” ujarnya
Kegagalan dalam percintaan menimbulkan pengalaman negatif, terpukul, reaktif dan kehilangan arah. Untuk menstabilkan emosinya, terkadang memicu aktivitas negatif dengan cara yang tidak sesuai seperti merokok dan alkohol.
“Mengenali masalah psikis yang timbulkan permasalahan cinta cukup kompleks. Cara mengenalinya yaitu perubahan mood drastis, sedih cemas, perubahan mood dan marah. Kehilangan minat dalam melakukan hal rutin juga dapat terlihat dari hilangnya semangat dalam beraktivitas. Bahkan, perilaku yang tidak biasa dapat terjadi untuk menyesuaikan emosinya. Jika permasalahan yang timbul semakin memburuk, maka harus tertangani oleh tenaga profesional,” tutupnya (Elisa)