Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Indonesia memiliki warisan budaya yang beragam, termasuk benda dan tak benda. Salah satunya adalah, Batik (tak benda) sebagai asset yang telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya.
Dalam rangkaian acara FISIPOLOGY, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Untag Surabaya mengundang mahasiswa FISIP untuk memahami dan mempelajari seni membatik bersama dalam acara "FISIP Membatik" yang berlangsung di Rumah Batik Surabaya, Jl. Putat Jaya Barat VIII B No. 31, (21/10).
Pengki, salah satu Koordinator Rumah Batik Surabaya, memulai dengan gambaran di papan tulis berjudul "UNTAG" untuk menarik perhatian peserta. Kemudian, menjelaskan seluruh proses pembuatan batik, mulai dari proses membuat pola, penjiplakan, pencantingan, pencoletan warna, menjemur, dan pelorotan. Salah satu Koordinator Rumah Batik Surabaya juga memberikan panduan tentang teknik memegang canting yang benar untuk melukiskan malam pada kain dengan baik.
“Ketika memegang canting, usahakan untuk menjaga posisi sejajar horizontal agar mencegah lilin (malam) menetes terus ke kain. Selain itu, letak kelingking tangan yang memegang canting sebaiknya menumpu sesuatu untuk memudahkan melukiskan malam sesuai pola. Posisi kain juga harus tetap berdiri,” ungkap Pengki (21/10).
Grand Finalis Putera-Puteri FISIP 2023 serta panitia open recruitment FISIPOLOGY ikut serta dalam acara membatik bersama. Antusiasme mereka meningkat saat tahap pencantingan selesai dan memasuki tahap pencoletan warna.
Regina Ayu, salah satu partisipan FISIP Membatik mengatakan bahwa membatik membutuhkan ketelatenan.
“Membuat batik memerlukan ketelatenan dan kesabaran untuk menghasilkan guratan yang indah. Kegiatan FISIP Membatik ini sangat seru. Semoga teman-teman Untag Surabaya lainnya dapat merasakan pengalaman yang sama dan terus berupaya untuk mengembangkan serta menjaga warisan budaya kita,” ujar Puteri FISIP 2023.
Di akhir acara, Koordinator Rumah Batik Surabaya memberikan harapan terkait Kegiatan FISIP Membatik.
“Batik adalah warisan adiluhung dari nenek moyang kita, sebuah warisan budaya non bendawi. Sebaiknya harus ada penerus seperti generasi muda saat ini. Tanpa generasi muda yang mewarisi tradisi ini, seni pembatikan akan semakin langka, dan klaim pengakuan dari UNESCO akan semakin terancam. Oleh karena itu, kita berharap agar anak-anak ini terus membatik, diajarkan, dan mewariskan tradisi ini kepada generasi yang lebih muda,” tutup Sutrisno (Laras)