Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Semangat perempuan Indonesia yang gigih dan berpotensi berkontribusi besar dalam memajukan bangsa harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka.
Topik ‘Perempuan Berdaya Indonesia Maju’ dibahas oleh Dr. Devi Puspitasari M.Psi, Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi sekaligus Kepala Assessment Centre Layanan Psikologi Untag Surabaya dalam Bincang inspiratif di Radio Pro 1 RRI Surabaya.
Perempuan berdaya adalah yang memiliki pilihan dan mampu menyuarakan pendapatnya. Mereka juga memiliki hak yang setara dengan laki-laki. Perempuan seharusnya dapat memperkuat posisinya di berbagai sektor dan menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat.
“Perempuan tidak selamanya suami akan hidup, biasakan untuk bisa bekerja sendiri sebagai perempuan. Perempuan harus bisa menunjukkan kemampuannya, jangan hanya mengandalkan laki-laki,” kata Dr. Devi (26/12).
Terdapat beberapa kendala dalam memberdayakan perempuan, salah satunya adalah patriarki dan diskriminasi gender. Perempuan sering kali dinilai tidak dari kemampuannya, melainkan berdasarkan jenis kelaminnya, sehingga sering dipandang sebelah mata.
Emansipasi sering disalahartikan dan kadang tidak memperhatikan kodratnya sebagai wanita. Beberapa berpendapat bahwa kodrat wanita terletak pada siklus haid, menyusui, dan melahirkan. Namun, pekerjaan domestik dapat dilakukan secara setara oleh baik perempuan maupun laki-laki.
Semua pihak perlu mendukung pemberdayaan perempuan. Pemerintah, masyarakat, dan keluarga harus berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perempuan agar bisa berkembang. Dengan dukungan semua pihak, perempuan Indonesia akan semakin berdaya, dan Indonesia pun akan semakin maju.
“Perempuan harus bisa menyeimbangkan antara kodratnya sebagai wanita dan peranannya di masyarakat. Perempuan berdaya akan membuat Indonesia maju,” tukasnya. (Putri)