Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Saat ini, marak penyimpangan perilaku generasi muda yang semakin hari semakin rapuh oleh kebiasaan buruk, perilaku-perilaku yang menyimpang hingga digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Menurut Rahma Kusumandari, S.Psi, M.Psi Psikolog, Dosen Psikologi UNTAG Surabaya kebiasaan buruk yang dianggap sudah tidak tabu lagi itu dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari, karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa.
Masa remaja awal adalah masa dimana terjadinya fluktuasi emosi (naik-turun) yang intensitas waktunya lebih sering. Remaja dapat menjadi manusia yang paling bahagia suatu waktu dan kemudian menjadi manusia paling menyedihkan di saat lainnya. Emosi yang terjadi pada masa remaja lebih dapat terpovokasi oleh lingkungan luarnya, misalnya sewaktu-waktu mereka dapat sangat marah kepada orang tuanya dan memproyeksikan kemarahan mereka kepada orang lain.
‘’Emosi menjadi isu menarik pada usia remaja. Masa remaja sering disebut sebagai masa topan dan badai. Istilah tersebut muncul tidak lain karena gejolak emosi yang terjadi pada masa remaja yang begitu dinamis. Hal inilah yang menjadikan remaja harus mengenal emosinya,’’ kata Rahma saat mengisi acara Kuliah Kerja Nyata (KKN) Non Reguler UNTAG Surabaya di Balai Desa Katimoho Kedamean, Gresik (3/6/2018).
Lebih lanjut, Rahma menjelaskan bahwa emosi adalah keadaan psikologis yang rumit. Dimana dalam suatu peristiwa yang sama, setiap orang bisa jadi merasakan emosi yang berbeda.
‘’Mengenal emosi itu memiliki tujuan, yaitu akan membantu untuk bisa bertahan hidup dan menghindari bahaya. Selain itu membantu untuk melakukan sesuatu, menentukan pilihan yang akan diambil serta bisa menjadi sinyal atau tanda untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitar kita,’’ paparnya.
Rahma juga mengingatkan kepada remaja agar mampu mengelola emosi negatif. Salah satunya dengan metode STAR, yaitu Stop : berhenti sejenak saat menghadapi situasi yang menimbulkan emosi negatif, hentikan semua aktivitas. Take a deep breath : ambil nafas dalam-dalam, lakukan ini berulang-ulang hingga merasa lebih tenang. Access positive memory : pikirkan hal-hal yang positif mengenai peristiwa yang sedang dihadapi. Respon : Setelah merasa lebih tenang, berilah respon positif pada situasi yang sedang dihadapi.
‘’Semoga dengan metode tersebut kita, khususnya para remaja dapat menguplikasikan metode STAR sehingga pemuda setiap masalah dapat dihadapi dengan berpikir jernih,’’ pungkasnya.
Redaksi yang malang melintang di bidang jurnalisme