Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan keberagaman suku maupun budaya. Sebagai negara berbudaya, Negeri ini masih memiliki beberapa suku yang tetap mempertahankan keaslian tradisi mereka. Salah satunya adalah suku Samin yang berasal dari pedalaman Blora, Jawa Tengah.
Suku Samin yang masih memegang teguh tradisi dan adat ini memiliki ajaran tersendiri dan banyak menarik perhatian khalayak. Mereka konsisten dalam menjunjung tinggi kejujuran, tidak iri, tidak dengki, dan tidak berprasangka jelek pada orang lain. Selain itu, bersikap apa adanya tanpa mengada-ada.
Samin berasal dari nama seorang penduduk, Ki Samin Surosentiko, yang lahir pada 1859 di Desa Poso, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Dulu Samin dianggap sebagai residivis oleh pemerintah Belanda, atau penjahat yang keluar-masuk penjara.
Namun, bagi masyarakat di pedesaan Bojonegoro, ia memiliki predikat sebagai pencuri berhati mulia, mirip dengan kisah Robin Hood di hutan Sherwood, Inggris. Bahkan, seorang guru besar di Surabaya menyebut sosok Samin sebagai intelektual desa.
Masyarakat Samin mewarisi budaya tani dan tinggal mengelompok di daerah tertentu. Dikenal sebagai masyarakat yang tertutup, sebagian besar dari mereka tinggal di Dusun Tambak, kurang lebih 40 kilometer dari Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Namun, selama lebih dari satu dasawarsa, ada suku Samin yang menyebar sampai ke luar wilayah Blora, seperti di Kabupaten Kudus, Pati, Grobogan, Rembang, Bojonegoro, dan Ngawi.
Meski di tengah kehidupan modern, mereka tetap memegang ajaran Saminisme dari leluhur. Masyarakat Samin memang dikenal dengan keluguan, kejujuran, dan sikap apa adanya yang kadang nyeleneh sehingga dipandang masyarakat lain secara berbeda. Namun dibalik itu, ada pesan terutama mengenai kejujuran yang bisa diteladani dari kehidupan suku Samin.
Ajaran Samin yang disebut Saminisme, adalah keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan Sedulur Sikep. Dulunya, ajaran ini membuat orang suku Samin dianggap kurang pintar dan sinting. Kata Sedulur memiliki arti "saudara" dan Sikep adalah "senjata", Sedulur Sikep bermakna ajaran Samin yang mengutamakan perlawanan tanpa senjata dan tanpa kekerasan. Semua berawal dari masa penjajahan Belanda dan Jepang pada zaman dahulu.
Masyarakat Samin memang dikenal jujur dan terbuka pada siapapun, termasuk pada orang yang belum dikenal. Mereka akan berbicara sesuai realitas tanpa rekayasa, meski kadang dinilai sebagai sikap lugu yang cenderung bodoh.
Jurnalis