Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Saat ini, dunia tengah menghadapi krisis ekonomi global yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah konflik geopolitik, seperti perang di Palestina dan Israel yang memanas. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada wilayah-wilayah konflik, tetapi juga mengguncang perekonomian global secara keseluruhan. Dampak krisis ini sangat terasa di Indonesia, di mana banyak kelas menengah yang sebelumnya memiliki daya beli, kini mulai jatuh ke dalam kategori miskin.
Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia mencatat bahwa sekitar 1,4 juta orang dari kelas menengah telah tergeser menjadi kelas ekonomi bawah. Hal ini mencerminkan lemahnya daya beli masyarakat yang menyebabkan penurunan drastis dalam omzet sektor usaha, termasuk restoran dan sektor ritel. Fenomena ini adalah salah satu indikasi nyata bahwa kita tengah berada dalam masa krisis.
Namun, dalam setiap krisis, ada peluang. Salah satu peluang yang paling menonjol di tengah krisis ekonomi ini adalah investasi emas. Emas menjadi salah satu aset yang paling stabil dan aman untuk diinvestasikan dalam situasi ketidakpastian ekonomi. Mengapa demikian?
Pertama, emas memiliki sejarah yang panjang sebagai safe haven atau aset pelindung nilai. Ketika pasar keuangan bergejolak, nilai emas cenderung naik. Berdasarkan tren dan analisis ekonomi, diperkirakan harga emas akan terus meningkat hingga tahun 2026. Saat ini, harga emas aneka tambang (antam) diperkirakan mencapai Rp 2.000.000 per-gram pada tahun 2025, bahkan dapat mencapai Rp2.500.000 per-gram di pasar internasional. Ini adalah pertumbuhan yang signifikan dan memberikan kepastian bagi para investor yang ingin mengamankan aset mereka di masa krisis.
Kedua, aset properti, yang sebelumnya menjadi pilihan investasi yang populer, kini menghadapi tantangan tersendiri. Harga properti justru mengalami penurunan karena hukum ekonomi sederhana: pasokan melebihi permintaan. Banyak rumah yang dijual, namun minim pembeli, sehingga harga properti stagnan atau bahkan turun. Sebagai contoh, saya sendiri pernah membeli rumah seharga Rp715 juta dan mengeluarkan tambahan Rp300 juta untuk renovasi, namun ketika saya mencoba menjualnya seharga Rp900 juta, tidak ada pembeli yang tertarik. Kondisi ini mencerminkan tren menurunnya nilai investasi properti dalam beberapa tahun terakhir.
Sebaliknya, emas menunjukkan tren yang lebih stabil. Sejak dulu, harga emas jarang mengalami penurunan yang drastis. Jika pun turun, biasanya hanya berkisar pada ratusan ribu rupiah, bukan jutaan. Oleh karena itu, emas menjadi pilihan investasi yang lebih aman dan rendah risiko di tengah krisis saat ini.
Melihat tren ini, saya merekomendasikan kepada masyarakat untuk berinvestasi dalam emas, setidaknya hingga tahun 2026. Krisis ekonomi global diperkirakan akan berlangsung hingga tahun tersebut, dan emas diprediksi akan terus memberikan keuntungan bagi para pemiliknya. Pada tahun 2027, ekonomi diharapkan mulai pulih, dan pada saat itu, investasi lain mungkin akan kembali menjadi opsi yang menarik. Namun, untuk saat ini, emas tetap menjadi pilihan terbaik.
Kesimpulannya, dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh krisis global dan konflik geopolitik, investasi emas menawarkan stabilitas dan kepastian. Emas tidak hanya melindungi nilai aset, tetapi juga memberikan potensi keuntungan yang signifikan dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. Maka dari itu, bagi siapa saja yang ingin mengamankan investasi mereka di tengah ketidakpastian saat ini, emas adalah pilihan yang paling bijak. (Boby)
*) Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, M.M., CMA., CPA., Rektor Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Pakar Akuntansi Manajemen dan Ilmu Ekonomi Untag Surabaya