Merawat Kesehatan Mental Dengan Menghentikan Gaya Hidup Toxic

  • 03 November 2023
  • 350

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Psikologi Untag Surabaya berkolaborasi dengan media partner Young’s Event Center berhasil menggelar talkshow Taking Care of Your Mental Health by Stop Having a Toxic Life (29/10).

 

Acara berjudul ‘Bincang Diri’ ini diselenggarakan di 24/7 Coworking Space dan bersifat intimate, sehingga memungkinkan peserta untuk berdiskusi dengan pemateri mengenai pengalaman pribadi mereka yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Keunikan inilah yang memicu antusiasme peserta dalam mengikuti acara hingga akhir.

 

Salsabila Syifa, anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Psikologi Untag Surabaya memandu talkshow dari awal pemaparan materi hingga sesi question and answer (qna).

 

Luthfiah Fitrianisa, pemateri dari manusiaasa.id dalam pemaparannya menjelaskan konsep ‘Toxic Positivity'

 

"Istilah toxic positivity dapat diartikan sebagai generalisasi kebahagiaan di segala situasi, dituntut untuk terus berpikir positif atau juga bisa hal yang sebenarnya salah namun juga dibenarkan oleh lingkungan sosial,” ujarnya

 

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena toxic positivity antara lain pengaruh lingkungan sosial dan kecenderungan untuk terlalu sering merasa euforia.

 

“Emosi negatif sebenarnya adalah respons yang normal dalam pengalaman manusia. Semakin ditumpuk, maka akibatnya kita semakin tidak belajar bagaimana cara mengatasi emosi-emosi tersebut dan apa yang kita lakukan tidak realistis. Tidak memiliki rasa empati sehingga kita tidak bisa memvalidasi perasaan orang lain,” tuturnya

 

Regulasi emosi yang baik melibatkan kemampuan seseorang dalam mengelola emosi yang dirasakannya. Emosi negatif tidak selalu merugikan manusia, terkadang bermanfaat untuk menyadarkan diri ketika melakukan kesalahan dan dapat meningkatkan kemampuan kognitif.

 

Individu dapat melakukan hal – hal ini saat mengalami kondisi Toxic Positivity

 

1. Realistis dengan apa yang terjadi; jangan mementingkan kepentingan orang lain.

2. Hindari orang-orang yang memiliki perilaku toxic positivity; karena vibes-nya dapat menular atau yang lebih dikenal sebagai emosi sekunder.

3. Membangun atittude "its ok to not be ok"; susah diterapkan namun tidak apa berada di kondisi buruk. Ambil waktu sendiri untuk duduk dengan emosi kita dan selanjutnya tau akan melakukan apa.

4. Kelola emosi negatif dan jangan dihindari. Karena itu juga bagian dari manusia.

5. Fokus mendengarkan orang lain dan support jika tidak bisa solutif.

 

"Tidak ada hal yang baik dari toxic positivity. Hal itu terbentuk utamanya dari keadaan lingkungan sosial. Semua orang memiliki posibility untuk jadi bagian dari toxic positivity. Atur batadan diri, harus punya komunikasi yang tegas tentang apa yang diinginkan dan apa yang akan dilakukan,” tutupnya (Laras)


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id