Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Umat Hindu di seluruh penjuru dunia kembali merayakan hari kemenangan kebaikan. Galungan merupakan hari sakral yang menjadi momentum bagi umat Hindu untuk merefleksikan diri, mengenang kebaikan yang telah diperbuat, serta memperkuat tekad dalam menjalani kehidupan berlandaskan nilai-nilai kebajikan dan spiritualitas.
Galungan dirayakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada hari Rabu Dungulan, dalam kalender Wuku. Perayaan ini memperingati kemenangan kebaikan (Dharma) atas kejahatan (Adharma) dalam perjuangan antara kebajikan dan kejahatan, yang dipersonifikasikan dalam legenda Mahabharata melalui kisah kemenangan Dharma atas Adharma dalam perang Bharatayudha. Oleh karena itu, Galungan dianggap sebagai hari kemenangan roh baik atas kegelapan batin.
Hari Raya Galungan bukan sekadar perayaan dengan penuh keceriaan dan kesenangan. Umat Hindu memaknai Galungan sebagai momen introspeksi mendalam, dimana melalui meditasi dan doa, mereka berusaha menemukan jati diri, menyucikan jiwa, dan meningkatkan kesadaran akan tugas spiritual sebagai insan Tuhan.
Selama perayaan Galungan, umat Hindu memohon petunjuk dan keberkahan kepada Hyang Widhi (Tuhan) agar mereka senantiasa berjalan pada jalan yang benar, penuh kasih sayang, dan berdampingan dengan sesama ciptaan-Nya. Setelah memperkuat ikatan spiritual dengan Tuhan, umat Hindu kemudian berusaha mewujudkan kebaikan dalam tindakan dan sikap sehari-hari, membantu sesama, dan berkontribusi positif bagi lingkungan sekitar.
Perayaan Galungan dimulai dengan persiapan yang matang, mulai dari membersihkan rumah dan mempersiapkan ‘penjor’ yaitu sebatang bambu yang dihias dengan aneka janur, kain, dan anyaman khas, sebagai simbol kemenangan dan harapan atas kebaikan yang ada dalam kehidupan. Penjor ini diarak dan dipajang di depan rumah sebagai ungkapan rasa syukur atas anugerah kehidupan.
A.A.G Putra Krisnayadna, S.H., M.H., Dosen Agama Hindu Untag Surabaya mengungkapkan salah satu tradisi penting dalam Galungan adalah ‘Ngelawang’
“Ngelawang merupakan kunjungan keluarga dan teman-teman ke rumah satu sama lain untuk bersilaturahmi dan berdoa bersama. Selain itu, keluarga juga melakukan upacara khusus di pura dengan membawa sesajen dan berdoa untuk memohon keberkahan dan kebaikan dalam hidup,” ungkapnya, Senin (7/8).
Selama perayaan ini, umat Hindu juga berusaha untuk membantu mereka yang kurang beruntung dengan memberikan sumbangan atau bantuan sosial kepada masyarakat yang membutuhkan. Konsep ‘Dharma’ atau tugas batin sebagai manusia diangkat dalam momen ini untuk terus berbuat baik tanpa pamrih dan menebarkan kebahagiaan kepada orang lain.
Perayaan Galungan juga menjadi momen penting untuk membangun toleransi dan harmoni antaragama. Meskipun merupakan perayaan Hindu, banyak komunitas non-Hindu di Surabaya juga berpartisipasi dan ikut merayakan Galungan sebagai bentuk penghormatan terhadap keberagaman dan kedamaian. (Elisa)