Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kebangsaan Untag Surabaya bekerja sama dengan Ikatan Keluarga Orang Hilang (IKOHI) Jawa Timur dan Yayasan Cita Kita, menggelar Pameran Gambar sebagai bagian dari rangkaian acara ‘September Hitam’. Acara tersebut berlangsung pada 30 September hingga 1 Oktober 2024 di Plaza Proklamasi, Untag Surabaya.
Pameran Gambar ‘September Hitam’ secara resmi dibuka oleh J. Subekti, S.H., M.M., Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya, melalui prosesi pemotongan pita. Hadir pula dalam acara pembukaan Eddy Wahyudi, S.H., M.Si., Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia (DUSDM) Untag Surabaya, Febby Rahmatullah Masruchin, S.T., M.T., Kepala BKA Untag Surabaya, serta perwakilan dari IKOHI Jawa Timur.
M. Rangga Diva Ananta R., Ketua Pelaksana kegiatan ‘September Hitam’ UKM Kebangsaan menjelaskan tujuan Pameran Gambar ini adalah untuk mengingatkan mahasiswa akan peristiwa-peristiwa pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
“Jadi kita mengacu pada pidato Soekarno, untuk tidak melupakan sejarah. Tujuan kita menyelenggarakan ini adalah untuk merefleksi terkait pelanggaran-pelanggaran HAM di tahun 1997/1998. Di tahun-tahun sekarang, 2000 ke atas sampai 2023, ada tragedi-tragedi kehilangan HAM berat di Indonesia. Tapi kita mematok di tahun 1997/1998, agar mahasiswa ini tidak lupa terkait sejarah,” jelasnya (1/10)
Rangga menekankan bahwa penyelenggaraan acara ini merupakan hasil gotong royong dari berbagai pihak.
“Kami berkolaborasi bersama IKOHI Jawa Timur, Yayasan Cita Kita, dan UKM Kebangsaan Untag Surabaya dalam menyelenggarakan acara ini,” imbuhnya
Karya-karya dalam Pameran Gambar 'September Hitam' tidak hanya merekam jejak orang-orang yang hilang, tetapi juga berusaha mengungkap dosa-dosa negara, yang divisualisasikan pada bentangan kain hitam. Di sana tergambar adegan penyiksaan oleh aparat terhadap rakyat dan aktivis.
Mahasiswa semester 7 itu juga berharap kegiatan tahunan ini dapat memotivasi mahasiswa untuk tidak diam terhadap ketidakadilan yang terjadi di sekitar mereka, melainkan bersuara untuk memperjuangkan kebenaran.
“Saya harap teman-teman jangan lupa dan jangan menolak diam. Kita harus bersuara terkait kasus-kasus tragedi hak asasi manusia berat. Ini adalah tindakan keji dan sifat-sifat tercela, sehingga kita harus menyuarakan apa yang terjadi sekeliling kit. Entah itu orang hilang, dibunuh, atau lainnya, kita tidak boleh diam kita harus tetap bersuara” tutupnya
Pameran Gambar ‘September Hitam’ tidak hanya berfungsi sebagai pengingat sejarah, tetapi juga sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa peduli dan empati mahasiswa terhadap ketidakadilan serta mendorong sikap melawan tindakan semena-mena di masyarakat. (Azri)