Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Di era globalisasi, hubungan dengan masyarakat internasional menjadi hal penting dalam berbagai aspek dan bisnis, salah satunya adalah perdagangan. Dolar AS memainkan peran penting dalam sistem pembayaran internasional.
Ekonom Untag Surabaya Prof. Dr. Mulyanto Nugroho., MM., CMA.,CPA menyatakan dominasi dolar AS sebagai mata uang dunia lahir dari Perjanjian Bretton Woods. Kesepakatan itu berujung pada Sistem Bretton Woods, di mana Dolar AS menggunakan emas sebagai standar dan nilai mata uang lainnya tergantung pada nilai dollar AS.
“Bretton Woods muncul setelah perang dunia kedua. Ketika banyak negara melakukan perdagangan dan hal ini mengakibatkan neraca pembayaran berantakan. Mereka bingung, mata uang lokal, tidak menerima emas, harganya berubah,” ungkapnya kepada Warta 17 Agustus, Rabu (10/5).
Rektor Untag tersebut menerangkan, memandang masalah yang dihadapi, Amerika Serikat menawarkan dan menjaminkan dolar sebagai mata uang pembayaran untuk perdagangan antar negara. Sebagai bagian dari komitmennya saat itu, Amerika Serikat menjaminkan 1/35 ons emas cetak untuk setiap dolar.
“Dengan adanya jaminan Amerika seperti itu, akhirnya menimbulkan kepercayaan atau trust dunia internasional kepada Dolar Amerika. Dari itu, setiap Amerika mencetak mata uang harus ada back up oleh emas yang ada pada bank sentral Amerika,” tutur Guru Besar bidang Ilmu Ekonomi tersebut.
Namun, kegagalan Amerika Serikat untuk menjamin mata uangnya akhirnya menyebabkan runtuhnya sistem tersebut di tahun 70-an Pada saat itu, Ekonomi AS stagnan dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Dia mengatakan bahwa kontradiksi inilah yang melemahkan perjanjian Bretton woods.
“Tapi kemudian, meski sistem runtuh, dunia masih lebih bergantung pada Dolar AS daripada mata uang lain. Jadi sekarang sistem perdagangan mata uang dengan nilai tukar variabel telah diterapkan,” tambahnya.
Tidak ada yang bisa menggantikan kekuatan dolar yang bertahan lama. Sejauh ini, dolar telah menjadi acuan. Dalam setiap pertukaran mata uang antar negara, penyambung dalam pertukaran nilai adalah dolar.
“Jadi jika kita memiliki dolar, semua orang akan menerimanya, tapi jika kita menggunakan mata uang negara lain, mereka mungkin tidak menginginkannya,” tutupnya (Elisa)