Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki keberagaman suku budaya, agama dan bahasa di dalamnya. Dengan perbedaan yang dirasakan, warga Indonesia dapat saling mengenal budaya, menjaga keindahan, serta mempersatu bangsa.
Dalam upaya memperkokoh persatuan bangsa, Roemah Bhinneka bersama Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya menggelar Diskusi Ilmiah “Merumuskan Mutiara Para Bijak Bestari untuk Memperkokoh Persatuan Bangsa” Senin, (5/12) di Auditorium Gedung Pusat Yayasan dan Rektorat Untag Surabaya Lt.6.
Dewan Pembina Islam Nusantara Foundation, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A., salah satu pemateri pada Diskusi Ilmiah mengangkat topik mengenai beberapa hal pegangan seorang manusia untuk menjalani kehidupan.
“Nilai kualitas seorang bukan dilihat dari agama, harta, suku bangsa, ilmu pengetahuan melainkan sejauh mana seseorang menjadi insan yang berkualitas dan sempurna. Dan yang paling penting dalam diri yang diberi anugerah oleh Tuhan adalah mata batin, fungsinya untuk membedakan mana benar dan mana yang salah. Mana lurus mana yang menyimpang. Semua manusia punya mata batin,” terang mantan Ketua Umum PBNU tersebut.
Ulama NU itu berpesan bahwa sebagai seorang insan manusia, tidak perlu menanyakan pertanyaan bagaimana menjadi manusia yang baik kepada para kyai, romo, maupun pendeta.
“Tanya pada moral dan diri masing-masing. Jika sesuatu yang Anda lakukan membuatmu tenang, percaya diri dan langkahnya mantap berarti benar. Tapi kalau kegiatan yang ada lakukan membuat Anda ragu, alergi, berusaha jangan sampai ada yang tahu, dosa itu berarti,” tuturnya.
Dalam diri seorang manusia tidak hanya ada mata batin dan moral, namun juga terdapat nurani yang tidak akan bisa berbohong dan membohongi diri sendiri.
“Sebagai manusia yang menghadapi kerasnya kehidupan di kota besar ini dan mulai tegiur oleh materialistik, hedonistik, rakus dan tamak disitulah kecelakaan kita. Maka dari itu kembalikan lagi kepada moral kita, mata batin dan nurani. Karena sebelum masyarakat, polisi dan KPK tau, nurani kita sudah tau kita benar atau salah,” tutupnya. (Ratna)