Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Dr. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, M.Si., Psikolog, Dosen Psikologi Untag Surabaya, menjadi pembicara dalam salah satu episode program televisi ‘Hukum Di Tengah Kita’ di JTV Rek. Acara tersebut juga berlangsung di kanal YouTube JTV mulai pukul 18.00 - 19.00 WIB (10/10).
Dengan tema ‘Lagi Arogansi Anak Pejabat Berujung Maut’, para pembicara yang merupakan pakar di bidangnya dengan tegas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pembawa acara.
Pemberitaan mengenai tindakan semena-mena yang dilakukan oleh anak-anak pejabat Kembali muncul dan viral di kalangan masyarakat dalam beberapa waktu terakhir.
“Perilaku agresif dapat ditujukan kepada siapa pun dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain faktor pribadi, faktor sosial juga memiliki peran yang signifikan dalam membentuk perilaku seseorang. Dalam konteks kasus ini, arogansi mungkin belum sepenuhnya tampak. Yang perlu ditekankan adalah mengapa seseorang mampu melakukan tindakan kekerasan terhadap orang-orang yang mereka sayangi? Dan bagaimana dinamika hubungan selama ini,” ungkap Dr. IGAA (10/10)
Kepribadian individu tidak terbentuk dengan seketika. Kepribadian individu merupakan hasil akumulasi pengalaman dan interaksi sepanjang kehidupannya, termasuk cara berinteraksi di lingkungan keluarga, pola asuh yang diterima, cara berinteraksi dengan lingkungan sosial, kemampuan dalam mengambil keputusan, serta cara individu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi,” jelasnya.
Pembawa acara sempat membahas kemungkinan pelaku melakukan tindakan kekerasan dalam kondisi di bawah pengaruh alkohol. Namun, Dosen Psikologi Untag Surabaya tersebut menegaskan bahwa ini tidak boleh dijadikan alasan bagi seseorang melakukan kekerasan terhadap orang yang disayanginya.
“Jadi misalnya pelaku ini terbiasa untuk menyelesaikan permasalahan dengan agresif, maka dalam kondisi apapun jangankan dalam kondisi di bawah pengaruh alkohol, dalam kondisi normal pun dia akan mudah berperilaku agresif dalam kondisi berkonflik. Yang menjadi bahan pertimbangan adalah situasi tertekan ini berasal dari siapa? Apakah dari pelaku yang menekan atau korban yang menekan atau mereka sama-sama menekan satu sama lain,” ujarnya.
Dalam konteks psikologi, perilaku agresif atau arogan seseorang dipengaruhi oleh pola asuh. Cara parenting menjadi fokus utama. Orang tua yang bekerja, mungkin kurang berinteraksi dengan anak-anak mereka, sehingga perilaku anak-anak kurang terkontrol. Ketika orang tua pulang ke rumah, seringkali lupa peran sebagai orang tua.
Dosen Psikologi Profesi Untag Surabaya tersebut juga menjelaskan mengenai sanksi sosial yang dilakukan netizen Indonesia kepada salah satu belah pihak dapat berpengaruh kepada penegak hukum.
“Simpati yang tinggi dari netizen terhadap salah satu pihak dalam bentuk sanksi sosial dapat membingungkan pihak pengadilan, yang mengakibatkan mereka meragukan tindakan mereka sendiri, meskipun secara teoritis dan berdasarkan fakta, tindakan tersebut sudah sesuai. Netizen seharusnya tidak terlalu bersikap menghakimi, sehingga tidak mengganggu proses hukum. Ketika kita menilai seseorang. Ketika kita mendeteksi perilaku toksik di awal, lebih baik mencari solusi lain daripada melanjutkannya hingga berakhir dengan risiko yang lebih besar,” tutupnya (Laras)