Pemerintah Harus Kreatif Hadapi Situasi Kompleks Kepentingan Nasional

  • 17 April 2023
  • 1107

Kontroversi berlanjut atas penolakan Israel terhadap Piala Dunia U-20 yang semula dijadwalkan di Indonesia. Akibatnya, Indonesia resmi membatalkan penyelenggaraan perayaan tersebut. Hal ini dikhawatirkan berdampak negatif bagi Indonesia, baik dari segi olahraga maupun politik luar negeri.

 

Menanggapi isu tersebut, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Untag Surabaya, Prof. Dr. Arif Darmawan, SU menyampaikan pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia merupakan masalah besar.

 

“Banyak pihak, terutama pejabat dan politikus yang menolak menganggap penolakan itu sebagai bentuk komitmen mendukung kemerdekaan Palestina yang juga pernah diberikan oleh Presiden Soekarno. Menerima Israel sama saja dengan mengkhianati Soekarno. Saya pikir ini merupakan bencana besar bagi Indonesia. Tidak hanya dalam olahraga tetapi juga dalam urusan diplomasi dan kepentingan nasional,” ungkapnya saat ditemui Tim Warta 17 Agustus Jumat (31/3)

 

Selain itu, Prof. Arif memperhitungkan pandangan sudah tidak lagi relevan. “Meskipun Indonesia memiliki sejarah penolakan, saya melihat apa yang terjadi di sini kecil dibandingkan dengan situasi internasional,” katanya.

 

Dosen Administrasi Negara tersebut menilai beberapa inisiatif strategis dalam mendukung Palestina perlu diperbarui. Sementara itu, saat ini Indonesia sedang menghadapi ketidakmampuan membaca dan beradaptasi dengan situasi yang menyebabkan pemikiran dan penggunaan fungsi fundamental terhenti.

 

“Menjaga kemerdekaan negara lain bukan berarti mengorbankan kepentingan nasional. Sekarang kita terjebak dalam pemikiran dan tindakan beku yang membawa kita ke jalan yang salah. Ini adalah kegagalan strategi yang serius, pertahanan Palestina dan kepentingan nasional harusnya direkonsiliasi,” tekannya.

 

Prof. Arif menambahkan, kegagalan Indonesia kali ini akan berakibat kontraproduktif. Sebab, Indonesia bekerja sama dengan para pecinta sepak bola untuk membela Palestina.

 

“Ini sebuah kerugian, bukan tidak mungkin para pecinta sepak bola akan mengingat gerakan Palestina sebagai masalah,” ungkapnya.

 

Kontroversi yang terjadi saat ini harus menjadi pelajaran baik bagi pemerintah maupun rakyat Indonesia Dalam keterangannya, Prof. Arif mengatakan bahwa menjalankan amanat melindungi Palestina bukan berarti Indonesia harus mengorbankan kepentingan nasional.

 

“Tentunya konflik yang terjadi saat ini menjadi pelajaran besar untuk masa depan, bahwa dukungan dan upaya pertahanan negara manapun harus menjadi kepentingan nasional kita. Kalau tidak, ya kita akan seperti ini lagi, menghadapi tragedi besar,” ucapnya.

 

Ia berharap pemerintah Indonesia harus lebih kreatif dalam menghadapi situasi kompleks yang menyangkut kepentingan nasional. Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat juga harus mengutamakan inisiatif strategis, daripada mengutamakan sentimen dan gagasan yang berlandaskan ideologis.

 

“Pemerintah Indonesia, nampaknya perlu mengambil sudut pandang baru dalam upaya melindungi Palestina di masa depan. Kontroversi ini tidak boleh terulang kembali,” tegasnya (Elisa)

 


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id