Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Sesuai data yang diperoleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), angka korban pelecehan seksual pada anak semakin tinggi setiap tahunnya. Terjadi kenaikan 100 persen dari tahun 2013 ke 2014, baik yang menjadi korban atau pun pelaku.
Menurut Psikolog Dra.Tatik Meiyuntariningsih, M.Kes (Wakil Dekan Fakultas Psikologi UNTAG Surabaya), kekerasan seksual terhadap anak sudah tidak lagi dilakukan oleh orang dewasa pada anak, tetapi juga dilakukan oleh sesama anak-anaknya.
“Dilihat dari segi psikologi banyak hal yang mempengaruhi terjadinya kekerasan seksual, seperti faktor internal dan eksternal,” jelas Dra.Tatik saat ditemui warta17agustus.com, Selasa (14/6/2016).
Faktor internal adalah muncul dari dalam diri sendiri. Pada saat anak mengalami suatu perlakuan yang tidak sesuai dengan keinginan diri anak oleh orang yang lebih dewasa, anak ingin berontak, menolak. Dalam hal ini anak tidak bisa membalasnya, maka dialihkan kepada anak yang lebih muda darinya.
“Perlu kita ketahui bahwa sebagian besar perilaku manusia adalah meniru. Meniru apa yang perlu dilihat, didengar, dan dibaca. Jika orangtua mengancam anak untuk melakukan sesuatu, maka akan dicontoh oleh anak dan diterapkan kepada orang lain yang lebih muda,” tambah Dra.Tatik.
Berikutnya adalah faktor eksternal. Dra.Tatik mengatakan, mungkin kebanyakan masyarakat tidak menyadari bahwa tayangan di televisi, radio, koran, dan media massa lainnya yang tujuan awalnya untuk memberikan informasi, padahal bisa jadi informasi tersebut bukan untuk menambah pengetahuan tetapi untuk ditiru.
“Oh, seperti itu ya cara melakukan kekerasan. Ternyata anak-anak itu lebih dekat, lebih mau, enjoy, nurut, dan senang kalau didekati dengan saudaranya, keluarga, dan orang dekat yang pernah dikenalnya. Akhirnya, orang itu akan menjadi pelaku,” jelasnya.
Tayangan yang terus-menerus, lanjut Dra.Tatik, akhirnya menjadi hal yang biasa, bukan hal yang harus diatasi. Menurutnya dalam menayangkan berita seharusnya yang tidak membuat orang lain penasaran untuk melakukan kekerasan, sebaliknya yang membuat orang lain penasaran untuk melakukan penanganan atau pencegahan.
“Buat berita atau tayangan dengan cara mengandaikan para pembaca, pendengar, penonton itu bahwa dirinya sebagai korban. Pelan-pelan masyarakat akan sadar ketika mau melakukan kekerasan, oh iya dia anak saya sendiri, oh iya dia anak yang lemah yang butuh pertolongan,” ungkap Dra.Tatik.
Dra.Tatik memberikan saran kepada orangtua agar memberikan pendidikan sejak kecil kepada anak. Pendidikan yang paling penting adalah pendidikan agama paling penting, jika pondasi kuat ketika ada masalah maka akan tetap tegar.
“Lingkungan juga harus dirubah, kalau lingkungan tidak dirubah akan sulit. Di sekolah-sekolah juga harus intensif memberikan ajakan untuk berdamai, bersahabat, kerjasama, dan menjalin hubungan yang baik sesama anak. Iklan-iklan juga diarahkan ke pendidikan,” pungkasnya.