Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Musik klasik merupakan salah media yang sering digunakan untuk memberikan terapi pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Sri Asih Andayani mahasiswa magister berinovasi dengan meneliti “Pengaruh Terapi Musik Gamelan Terhadap Temper Tantum Anak Berkebutuhan Khusus”.
Sri Asih Andayani mengatakan saya memilih musik gamelan sebagai musik tradisional untuk terapi pada anak berkebutuhan khusus (ABK) saat berada pada kondisi tantrum. Tantrum pada anak berkebutuhan khusus di usia 2 hingga 11 tahun merupakan tantrum tersulit. Sebab, pada usia tersebut, anak belum bisa berkomunikasi dengan baik untuk mengatasi emosi meluap yang dialami.
“Kebanyakan mereka mengalami perlambatan dalam hal bicaranya sehingga kita harus menemangkan mereka dulu. Disini kita mencoba menenangkan anak berkebutuhan khusus tersebut menggunakan musik gamelan. Salah satu indikator tantrum atau tindakan agresifitas ada 3 antaralain: verbal( menyatakan rasa ketidak nyamanan atau ketidak tenangan), non verbal dan membanting barang tanpa sebab,” jelas mahasiswa asal Surabaya.
Musik gamelan merupakan musik asli dari Indonesia. Musik gamelan dimainkan oleh lebih dari satu orang dan sebelum pembuatannya juga diadakan ritual- ritual khusus dalam. Di Indonesia sendiri ada banyak musik gamelan diantaranya ada musik gamelan Jawa, Sunda dan Bali.
“Disini saya menggunakan musik gamelan Bali, musik gamelan Bali terkenal akan rancak, memiliki ritme yang naik turun beat da nada mendayu-dayunya juga, sehingga juga sesuai untuk diperdengarkan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, selain itu juga untuk mengenalakan salah satu kesenian asli Indonesia. Musik merupakan terapi yang tidak banyak menggunakan banyak tenaga, selain itu musik atau suara yang diperdengarkan juga akan lebih cepat masuk kedalam otak karena jarak teliga dan otak juga sangat dekat,”jelas mahasiswa asal Surabaya tersebut.
“Berdasarkan hasil penelitian dilakukan selama 23 kali kepada 12 ABK dengan 15 indikator berhasil menurunkan tindakan agresif baik melalui tindalan verbal dan non verbal, mereka hanya menangis saat tantrum,”tutupnya.