Penyucian Diri Umat Hindu pada Hari Raya Nyepi

  • 23 Februari 2024
  • 1378

Hari Raya Nyepi merupakan perayaan yang dilakukan oleh Umat Hindu setiap Tahun Baru Saka. Perayaan ini telah diperingati setiap tahun sejak 78 Masehi. Berdasarkan penanggalan kalender Saka, Hari Raya Nyepi tahun ini akan jatuh pada hari Senin, 11 Maret 2024 mendatang.


Nyepi berasal dari kata ‘sepi’ yang berarti sunyi atau senyap. Berbeda dengan perayaan lain yang meriah dan ramai, tahun baru ini identik dengan keheningan. Nyepi memiliki filosofi di mana Umat Hindu memohon kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, untuk melakukan penyucian diri Buana Alit (Manusia) dan Buana Agung (Alam dan Seisinya). 


Melansir dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, perayaan Hari Nyepi memberikan pemahaman tentang pentingnya toleransi dalam kehidupan umat manusia. Melalui proses perenungan diri, menjadi salah satu bagian dari ibadah, untuk memperoleh kesiapan dalam menjalani tahun yang baru.


Hari Raya Nyepi khususnya di Bali memiliki beberapa rangkaian adat, dimulai dari Upacara Melasti, Mecaru, Pengerupukan, kemudian diikuti oleh puncak Hari Raya Nyepi, dan ditutup dengan Ngembak Geni.


Upacara Melasti dilakukan beberapa hari sebelum Nyepi. Saat acara berlangsung, segala sarana persembahyangan di Pura, berbagai pretima, dan benda yang disakralkan dibawa ke laut untuk disucikan. Melasti memiliki makna menghanyutkan kotoran ke alam menggunakan air kehidupan. 


Mecaru dilaksanakan pada Hari Tilem Sasih Kesange atau yang berarti Bulan Mati ke-9 yaitu sehari sebelum Nyepi. Upacara ini dilakukan dengan membuat sesajen yang dipersembahkan untuk Butha Kala atau hal-hal yang negatif agar dijauhkan dan tidak mengganggu umat manusia. Mecaru dilaksanakan disetiap rumah, keluarga, desa, kecamatan, dan sebagainya. 


Pengerupukan juga termasuk bagian dari tradisi Nyepi yang dilakukan sesaat setelah Upacara Mecaru dengan tujuan untuk mengusir para Butha Kala dari lingkungan sekitar. Di setiap rumah, menyebar nasi tawur dengan membuat api atau obor, menyemburi rumah dengan mesiu sejenis bahan makanan, serta membunyikan atau memukul benda-benda apa saja untuk mengusir Butha Kala. Di tingkat desa, terdapat arakan ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan dari Butha Kala yang memiliki sifat negative, kemudian dibakar  untuk menghilangkan energi negatif. 


Pada acara puncaknya, Umat Hindu di Bali memutuskan untuk menghentikan segala aktivitas di luar rumah selama 24 jam, dimulai dari 06.00 pagi hingga 06.00 pagi keesokan harinya. Terdapat beberapa peraturan yang harus diikuti, dan jika tidak dilakukan akan mendapat bala atau petaka, yaitu tidak menyalakan api, tidak bekerja, tidak berpergian, dan tidak berpesta atau bersenang-senang.


Ngembak Geni, sebagai penutup rangkaian acara Nyepi, dilaksanakan 1 hari setelah Nyepi. Acara ini ditandai dengan mengunjungi sanak saudara dan saling memaafkan satu sama lain dengan tujuan mengikat dan mempererat rasa persaudaraan.


Perayaan Hari Raya Nyepi memberikan arti pentingnya toleransi dalam kehidupan umat manusia, kembali melihat diri dengan pandangan yang jernih, dan melahirkan sikap untuk mengoreksi diri, dengan melepas segala sesuatu yang bersifat negatif dan memulai hidup baru yang suci. (Gita)



https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id