Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Sofyan Nur Yaqin, mahasiswa Teknik Mesin Untag Surabaya mewakili Jawa Timur raih juara 2 Kejuaraan Ju-Jitsu Open Turnamen 2024 dalam kategori Newaza.
Bertanding di GOR Gajah Mada Mojokerto, Sofyan sapaan akrabnya, berhasil mendapatkan medali medali perak, Jum’at (1/3/24). Kejuaraan tersebut diselenggarakan oleh Persatuan Beladiri Jujitsu Indonesia (PBJI) yang bertempat di Mojokerto.
Dalam ajang bergengsi Kejuaraan Ju-Jitsu Open Turnamen 2024 tingkat provinsi , yang diikuti oleh peserta dari seluruh Indonesia, Untag Surabaya menurunkan 11 atlet dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ju-Jitsu Untag Surabaya, yang salah satunya adalah Sofyan.
“Sejak kecil, saya memiliki hobi berolahraga, terutama dalam bidang beladiri. Saya telah mencoba semua cabang olahraga beladiri dan sering kali meraih juara dalam beberapa kompetisi di berbagai cabang beladiri. Namun, saya memilih untuk lebih mendalami Ju-Jitsu karena menurut pandangan saya, Ju-Jitsu adalah bentuk beladiri yang paling berkembang, kompleks, dan sangat efektif dalam berbagai situasi,” jelas mahasiswa semester 6 tersebut (27/3).
Mahasiswa asal Surabaya ini menjelaskan bahwa Ju-Jitsu memiliki keunikan tersendiri yang menarik untuk dia dalami.
“Saat banyak cabang olahraga beladiri fokus pada pukulan dan tendangan, Ju-Jitsu memiliki spesialisasi dalam teknik bantingan dan kuncian,” imbuhnya
Kategori Newaza yang dimenangkan oleh Sofyan adalah pertandingan yang hanya menggunakan teknik membanting dan mengunci lawan.
“Newaza adalah kategori yang tidak memperbolehkan pukulan atau tendangan, hanya teknik bantingan dan kuncian. Biasanya, dalam dunia Mixed Martial Arts (MMA), para atlet memiliki julukan masing-masing. Mereka yang ahli dalam pukulan dan tendangan biasanya disebut fighter, sementara yang mahir dalam teknik bantingan dan kuncian disebut grappler atau ground fighter,” jelas Sofyan.
Sebagai seorang mahasiswa sekaligus pekerja, mengatur waktu merupakan tantangan tersendiri bagi Sofyan.
“Senin hingga Jumat, saya bekerja pagi-sore, kemudian kuliah hingga malam, sehingga tidak ada waktu untuk latihan Jujitsu di hari kerja. Oleh karena itu, latihan rutin saya hanya bisa dilakukan pada Sabtu dan Minggu. Namun, saat libur kuliah, saya meluangkan waktu setiap hari setelah bekerja untuk berlatih. Terlebih karena latihan di UKM Jujitsu dilaksanakan dua kali seminggu, sehingga saya bisa fokus berlatih setiap hari setelah bekerja, yang membantu dalam persiapan saya,” tukasnya.
Tidak terlepas dari persiapannya yang matang, dukungan dari orang-orang terdekat juga memiliki nilai penting bagi Sofyan dalam mencapai kejuaraan ini.
“Respon pelatih sangat positif sehingga saya sering dicarikan sparring partner dari dojo-dojo luar sebagai persiapan untuk kejuaraan. Namun, bagi keluarga, terutama ibu, cukup sulit karena olahraga ini memiliki risiko cedera yang tinggi, bahkan berpotensi menyebabkan cedera serius, dan mengancam nyawa. Saya pernah mengalami patah bahu karena beladiri ini, sehingga orangtua saya masih trauma. Saya berusaha meyakinkan mereka bahwa saya bisa mengatasi risikonya,”
Sofyan memberikan pesan kepada rekan-rekannya yang ingin mendalami beladiri untuk menjaga konsistensi.
“Untuk teman-teman yang ingin berprestasi di bidang olahraga, khususnya beladiri, saya hanya ingin mengatakan bahwa belajar beladiri itu harus konsisten. Tidak hanya latihan satu kali dua kali. Meskipun awalnya terasa capek, sakit itu yang disebut proses. Rasa capek dan sakit itu yang menjadikan kalian lebih kuat dan jago, nikmati prosesnya nanti kalian bisa rasakan hasilnya,” tutup Sofyan.
Reporter