Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Hari ke-5 Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Untag Surabaya menampilkan pertunjukan Bantengan, kesenian khas Malang, Jawa Timur. Acara diadakan di lapangan Utara Untag Surabaya, Rabu, 28 Agustus 2024 guna melestarikan kesenian tradisional Indonesia.
Bantengan merupakan kesenian di tanah jawa yang memiliki ciri khas dengan menggunakan properti salah satu hewan sebagai ikoniknya. Budaya tarian yang menceritakan tentang representasi dari hewan banteng yang terjadi pertarungan akibat provokasi permusuhan dan konflik ini sukses menyampaikan pesan moral yang terkandung di setiap gerakannya pada Mahasiswa Baru Untag Surabaya.
Penampilan dari Teman Budoyo yang mengisi di rangkaian PKKMB ini sukses mengenalkan budaya Jawa melalui Bantengan. Tarian yang disajikan oleh 5 banteng dan tiap banteng terdiri dari 2 orang didalamnya yang menggerakkan memiliki peranannya masing-masing. Keselarasan dan kekompakan dalam personil bantengan ini diperlukan tiap gerakannya. Jika personil di belakang sebagai Bantengan ini harus menyesuaikan koreografi yang selaras, maka sebaliknya peran personil yang di depannya harus mampu dalam menanggung kepala yang menyerupai banteng seberat 10 kilogram.
Dimas selaku Humas Teman Budoyo, mengaku adanya pakem atau tradisi yang tidak boleh ditinggalkan sebab sudah turun temurun yang dijaga dan dilestarikan dalam Bantengan tersebut.
“Ada pakem yang tidak boleh ditinggalkan. Jadi pakemnya Teman Budoyo memelihara budaya Jawa itu sendiri, salah satunya tidak ada kreasi atau modif dari penari Bantengan. Mereka diwajibkan untuk tidak memakai alas kaki saat pertunjukan,” kata Dimas (28/8/24).
Dimas menambahkan bahwa Bantengan ini melibatkan unsur magic, namun hal tersebut tidak dijadikannya sebagai daya tarik budaya Bantengan melainkan adanya kepercayaan yang membantu dalam para penari Bantengan, seperti diberikan kekuatan dalam mengangkat kepala yang menyerupai banteng seberat kurang lebih 10 kilogram dan mampu menahan panas.
“Magic itu bukan untuk daya tarik tapi memang seni Bantengan itu unsurnya magic. Kalau dilihat mereka (penari Bantengan) pegang kepala banteng satunya bisa sampai berat 10 kilo. Kalau kita tidak menggunakan itu (magic) kita pasti gakuat apalagi ditambah cuaca panas,” ungkapnya.
Sebagai salah satu orang yang masih melestarikan dan mengenalkan kesenian budaya Jawa ini, Dimas berpesan kepada Mahasiswa Baru Untag Surabaya sebagai generasi muda untuk tetap menghormati dan menjaganya.
“Tetap menjaga budaya khususnya di tanah Jawa karena kita hidup di Jawa dan juga untuk teman-teman Mahasiswa Baru Untag Surabaya dari luar Jawa atau luar pulau yang ke Surabaya tolong untuk saling menghormati budaya satu sama lain,” tutupnya.
Ketua Pelaksana PKKMB Untag Surabaya tahun 2024, Supangat, Ph.D., ITIL., COBIT., CLA., CISA., mengatakan bahwa penampilan kesenian tradisional Bantengan bertujuan untuk memperkenalkan budaya lokal agar dapat dikenal di tingkat nasional hingga internasional.
“Salah satu tujuan dari penampilan Bantengan ini adalah untuk memperkenalkan budaya lokal agar lebih dikenal di tingkat nasional hingga internasional. Kami memilih menampilkan kesenian Bantengan karena kesenian ini masih dalam tahap perkembangan dan perlu didukung untuk terus lestari,” ujarnya.
Selain itu, Supangat mengajak seluruh mahasiswa baru Untag Surabaya untuk turut melestarikan budaya lokal hingga di tingkat internasional sebagai landasan budi pekerti, yang merupakan salah satu poin dari tema PKKMB Untag Surabaya tahun 2024.
“Mari kita lestarikan budaya-budaya lokal ini menuju tingkat nasional hingga internasional karena hal ini merupakan termasuk sebagai landasan dalam salah satu poin dari tema PKKMB tahun ini, yaitu budi pekerti” ajak Wakil Dekan Fakultas Teknik Untag Surabaya. (Arvina)