Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Program Studi (Prodi) Agroindustri Fakultas Vokasi Untag Surabaya berkomitmen meningkatkan kemanfaatan masyarakat melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan fokus meningkatkan mutu, kapasitas produksi, dan nilai tambah produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Duta Karta Kirana (DeKaKa) di Desa Jatikerto, Kabupaten Malang.
Program PKM dipimpin oleh Ir. Rini Rahayu Sihmawati, MP., M.M., bersama tim Dosen Agroindustri Untag Surabaya, Dr. Ir. Wardah, MP., M.M., dan melibatkan dua Mahasiswa Agroindustri Untag Surabaya, Rida Samhanas Naini dan Sulthan Haz Syafiq Mubarok.
UMKM DeKaKa berdiri sejak 2019, berlokasi di Jl. Raya Jatikerto No.292, Kromengan, Kabupaten Malang. Kasmadi Munthe sebagai pemilik UMKM ini fokus pada produksi berbagai produk, termasuk sambal kecombrang, frozen kecombrang, kecombrang segar, bumbu dasar, dan tomat rasa kurma (torakur).
Ir. Rini Rahayu Sihmawati, MP., M.M., menyatakan bahwa PKM yang berlangsung selama lima bulan, mulai dari Juli – Desember 2023 ini bertujuan untuk meningkatkan mutu produk UMKM DeKaKa.
“Kami memberikan pelatihan UMKM dalam inovasi teknologi untuk meningkatkan mutu sambal kecombrang, mulai dari pemilihan bahan baku, penentuan umur panen bunga kecombrang, teknologi pengolahan, dan penggunaan bahan pengawet alami untuk menjaga keseragaman produk akhir. Juga, penyediaan alat produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap sambal kecombrang,” jelas Rini (29/11).
UMKM DeKaKa berusaha mengolah bunga kecombrang pasca panen, namun keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi pengolahan menghambat produksi besar sambal kecombrang.
“Para perajin sambal kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mengolah produk dengan baik, dan terkendala oleh keterbatasan peralatan produksi. Peningkatan kapasitas produksi juga menjadi masalah, sehingga perlu diperluasnya peralatan untuk memenuhi permintaan konsumen, meningkatkan kecepatan produksi, dan meningkatkan pendapatan UMKM untuk memenuhi kebutuhan konsumen,” imbuhnya.
Proses produksi sambal kecombrang mulanya menggunakan alat manual untuk merajang bunga kecombrang. Bahan bumbu dihaluskan dengan blender atau chopper berkapasitas kecil yang menyebabkan waktu produksi yang lama untuk kuantitas besar. Selain itu, penggunaan wajan alumunium yang tidak memenuhi persyaratan dapat mengakibatkan mutu sambal kecombrang yang kurang baik.
Sejalan dengan tujuannya, hasil dari Program PKM mencakup Teknologi Tepat Guna (TTG) berupa blender berkapasitas besar, perajang elektrik, dan wajan stainless steel.
“Blender yang disediakan untuk mitra adalah blender bumbu dengan kapasitas besar mencapai 5 kg. Dengan alat berkapasitas besar ini, UMKM dapat meningkatkan produksi sambal dalam jumlah yang lebih besar, dengan harapan dapat meningkatkan kapasitas produksi dan berkontribusi pada peningkatan pemasukan atau laba,” tukas Ketua Tim PKM tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi mitra UMKM DeKaKa, maka metode pelaksanaan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi meliputi koordinasi tim dengan mitra, pelatihan learning by doing, praktik pengolahan sambal kecombrang.
“Pengabdian masyarakat dimulai dengan anggota tim berkoordinasi untuk merencanakan program. Pelatihan dilakukan dengan metode learning by doing, melibatkan mitra tanpa mengganggu pekerjaan utama mereka. Pendekatan partisipatif juga diterapkan dalam pelatihan, di mana mitra terlibat langsung. Selanjutnya, praktek pengolahan sambal kecombrang ditingkatkan dengan peralatan baru seperti blender, perajang elektrik, dan wajan stainless steel,” jelasnya.
Produk UMKM DeKaKa berhasil dipasarkan di berbagai daerah dengan peminat yang signifikan. Upaya promosi dan pemasaran dilakukan melalui media sosial dan platform jual beli terkemuka. Program ini diharapkan dapat menginspirasi inovasi baru dalam pembuatan sambal dan bumbu dan meningkatkan pendapatan secara signifikan.