Program Matching Fund Tingkatkan Wisata Kampoeng Kelengkeng Sidoarjo

  • 12 Desember 2022
  • 910

Untag Surabaya resmikan Wisata Kampoeng kelengkeng di desa Simoketawang, Sidoarjo. Realisasi program Matching Fund Kemendikbud Ristek merupakan pengabdian masyarakat dosen dan mahasiswa program merdeka belajar.

 

Rektor Untag Surabaya, Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPA., mengungkapkan tahun ini Untag Surabaya memperoleh pendanaan program Matching Fund untuk pembangunan desa wisata di dibeberapa daerah di Jawa Timur. Seperti Blitar, Jombang dan Sidoarjo.

 

“Dari pendanaan Matching Fund ini, kami fokus untuk mengerjakan pembangunan Desa di beberapa wilayah seperti Blitar, Jombang dan Sidoarjo,” Selasa (6/12)

 

Diprakarsai oleh Program Studi Arsitektur dan kolaborasi dengan lima Fakultas lainnya di Untag Surabaya, program ini melibatkan 155 mahasiswa dan 31 instruktur dari berbagai bidang ilmu.

 

Prof. Nug mengakui bahwa sudah tiga tahun Untag Surabaya menerima hibah dari program matching fund. Hal tersebut mendorongnya untuk fokus mengarahkan dan mengembangkan desa wisata yang dikenal masyarakat luas.

 

“Tidak hanya membuat saja, tapi juga membimbing. Sehingga desa wisata yang kita bangun terus hidup dan jadi icon desa sekitar,” tandasnya.

 

Febby Rahmatullah Masruchin, Ketua Tim Program Matching Fund mengatakan wisata Kampoeng Kelengkeng mengangkat tiga isu terkait infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM).

 

“Untuk aspek infrastruktur pihaknya merencanakan desain master plan desa, tidak melibatkan Tanah Kas Desa (TKD), tetapi seluruh desa di Simoketawang ketika menjadi desa wisata akan terintegrasi dengan TKD nya. Infrastruktur jalan dan sungai di depan yang cukup sempit perlu penanganan desain dan penataan jalan. Kita akan buat master plan untuk itu,” terangnya

 

Masih dalam program yang sama, Febby menyebut terdapat beberapa program yang akan diwujudkan pada 2023. Seperti perencanaan pendampingan tentang kolam. Desain ikon kelengkeng yang terintegrasi dengan program dari Jatim, yaitu pendanaan Desa Berdaya.

 

“Jadi kami berkolaborasi membuat desain RAB yang diimplementasikan dengan desa berdaya. Kami juga membantu mendesain dan menata rumah produksi olahan kelengkeng, di selatan balai desa,” jelas Febby

 

Dinyatakan cost terbesar dari pertanian atau kebun pariwisata terkait operasional atau pemeliharaan salah satunya adalah pupuk, hal itu juga akan menjadi program terintergrasi antara peternakan dengan pertanian.  

 

“Kami buat contoh budidaya kambing difungsikan memakan rumput liar di kebun. Kemudian kotorannya bisa menjadi pupuk di kebun kelengkeng,” tambahnya.

 

Budidaya madu kelengkeng juga masuk dalam program yang digagas Untag Surabaya ini. Selain itu juga akan difokuskan pada pengembangan produk olahan kelengkeng, kopi, selai, dan sirup.

 

“Harapan kami ada unggulan selain wisata alam ada bisa dibanggakan semua bisa menjadi uang. Luaran tidak hanya berdampak terhadap desa tetapi ke Untag Surabaya,” tutup Ketua Tim Program Matching Fund (Nabila)


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id