Sejarah dan Tradisi Maulid Nabi Sebagai Ungkapan Syukur Umat Islam

  • 13 September 2024
  • 123

Maulid Nabi merupakan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun 571 Masehi di Kota Mekkah. Tahun kelahirannya sering disebut sebagai Tahun Gajah.


Sebutan ini muncul karena pada saat menjelang kelahirannya, tepatnya pada 12 Muharram 571 Masehi, terjadi peristiwa penyerangan pasukan Raja Abrahah dengan menggunakan gajah untuk menghancurkan Ka’bah.


Dilansir dari Baznaz.go.id, berbagai kejadian luar biasa mengiringi kelahiran Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah padamnya api sesembahan kaum Majusi yang telah menyala selama ratusan tahun tanpa pernah padam. Selain itu, Istana Kisra milik kerajaan zalim yang megah dan kokoh tiba-tiba runtuh, menghancurkan 14 bangunan istana.


Kelahiran Nabi Muhammad membawa peringatan bagi kezaliman dan kebathilan, sekaligus menjadi kabar gembira bagi para penyeru kebaikan. 


Maulid Nabi Muhammad SAW juga diperingati oleh umat Islam di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, sebagai momen untuk mengingat dan meneladani sosok Nabi Muhammad SAW yang sangat dihormati.


Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi menjadi salah satu hari besar yang dirayakan dengan meriah. Setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing dalam merayakan Maulid Nabi. Berikut beberapa di antaranya:


1. Grebeg Maulud, Solo


Tradisi Grebeg Maulud di Solo merupakan ungkapan rasa syukur dan ajang silaturahmi antarumat Islam di Solo dan sekitarnya. Acara ini diawali dengan Upacara Sekaten selama 15 hari di Keraton Kasunanan Surakarta, yang meliputi pagelaran wayang kulit, pertunjukan musik gamelan, serta pasar malam. Puncaknya adalah kirab gunungan yang terbuat dari hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, dan makanan lainnya.



2. Endog-endogan, Banyuwangi


Dalam bahasa Jawa, "endog-endogan" berarti telur-teluran. Tradisi ini melambangkan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang suci dan penuh kemuliaan. Telur rebus dihias dengan kertas warna-warni, lalu ditancapkan pada batang pohon pisang. Setelah prosesi, telur tersebut dibagikan kepada masyarakat.



3. Weh-wehan, Kendal


Weh-wehan adalah tradisi masyarakat Kendal untuk mengekspresikan rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini dilakukan dengan saling bertukar makanan tradisional khas Kaliwungu seperti sumpil, jenang sarang, dan dawet antarwarga.



4. Ampyang Maulid, Kudus


Tradisi Ampyang Maulid mirip dengan Grebeg Maulud di Solo. Masyarakat mengarak tandu berisi nasi kepel, buah-buahan, dan sayuran dalam kirab yang diiringi doa dari tokoh agama setempat. Makanan ini kemudian dibagikan kepada warga.



5. Walima, Gorontalo


Tradisi Walima sudah ada sejak abad ke-17, saat Islam pertama kali masuk ke Gorontalo. Tradisi ini diawali dengan dzikir yang memuji Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, masyarakat membuat tolangga atau wadah berisi berbagai jenis kue dan makanan, yang kemudian diarak ke masjid dan dibagikan kepada masyarakat sekitar.



Memperingati Maulid Nabi dapat diisi dengan berbagai amalan baik, sebagai tanda syukur kepada Allah SWT dan untuk meneladani ajaran Nabi Muhammad SAW. Beberapa amalan yang bisa dilakukan meliputi membaca shalawat Nabi, berpuasa sunnah, bersedekah, serta memperbanyak perbuatan baik. (Gita)


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id