Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Preysi Sherly Siby, S.E., S.Psi., S.Pd., M.Si., M.Psi., Psikolog Alumni Fakultas Psikologi Untag Surabaya mengenalkan istilah sibling rivalry. Menurutnya, sibling rivalry merupakan bentuk hubungan saudara kandung yang bersifat negatif. Hubungan tersebut muncul dengan persaingan, kecemburuan, kemarahan, bahkan kebencian.
“Sibling rivalry dapat mempengaruhi hubungan keluarga dengan dua anak atau lebih. Hal ini bisa terjadi oleh kakak ke adik atau sebaliknya. Situasi ini berbeda dari pertengkaran biasa antara saudara kandung,” ungkap Preysi saat dalam wawancara Tim Warta 17 Agustus, Senin (29/5).
Menurut Presyi, terdapat tiga tanda seorang anak berada dalam situasi persaingan saudara kandung. Pertama, berperilaku agresif atau resentment menunjukkan kekesalan, kemarahan, dan kebencian. Kedua, memiliki jiwa bersaing yang tinggi atau keinginan untuk bersaing. Ketiga, perasaan cemburu, karena itu anak berusaha mencari perhatian.
“Penyebab sibling rivalry bisa dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor internal itu mengacu pada tahap perkembangan anak yang belum dewasa secara emosi sehingga anak tidak tahu cara mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka,” jelasnya.
Faktor internal lain, lanjutnya, anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru.
“Seringkali kita jumpai keluarga yang masih memiliki anak balita, lalu sudah merencanakan kehamilan. Nah, khawatirnya, anak balita ini saat beranjak besar kurang mendapatkan perhatian karena fokus orang tua yang terbagi,” ujar Preysi.
Dosen Universitas Kristen Indonesia Tomohon itu juga memaparkan faktor eksternal dari sibling rivalry. Di antaranya dinamika keluarga yang cenderung kompetitif, kurangnya waktu berkumpul bersama anggota keluarga, serta cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.
Persaingan antar saudara yang berlebihan tentu dapat berdampak buruk bagi keharmonisan keluarga. Selain itu, kata Presy, berpotensi membentuk anak dengan karakter bullying.
“Tips mencegah terjadinya sibling rivalry adalah mencari tahu penyebab munculnya rasa iri atau cemburu, tidak membandingkan pencapaian diri sendiri dengan saudara, belajar self-love, dan menjauhi segala pikiran negatif,” tukasnya.
Apabila rivalitas antar saudara sudah terjadi, maka tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki. Preysi membagikan cara menyikapi sibling rivalry yaitu berdamai dengan keadaan, melakukan pendekatan dari hati ke hati, hingga menjaga jarak jika situasi tidak memungkinkan.
“Hal yang perlu diingat bahwa memiliki saudara tujuannya untuk menurunkan keegoisan, saling menyayangi, mengalah, dan mengatasi konflik secara sehat,” pungkasnya (Nabila)