Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Kasus bully kini kembali viral. Ketika dua video aski bully muncul di media sosial, di awali oleh kasus bullying yang dilakukan beberapa mahasiswa salah satu Universitas di Indonesia dan kasus bullying yang dilakukan oleh pelajar sekolah menengah pertama. Sinta Yudisia Wisudanti, S.Psi, M.Psi., Alumni UNTAG Surabaya ikut mengomentari kasus bullying yang sedang terjadi di kalangan remaja saat ini.
Dalam bahasa Indonesia, istilah bullying diartikan sebagai penindasan, penggencetan, perpeloncongan, pemalakan, pengucilan atau intimidasi dengan tindakan mengintimidasi dan memaksa seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar kehendak mereka, untuk membahayakan fisik, mental atau emosional melalui pelecehan dan penyerangan.
" Menanggapi kasus bullying yang sedang marak saat ini, terlebih kasus bullying pada remaja. Seharusnya kita tidak sepenuhnya menyalahkan (anak) pelaku, karena sebenarnya fenomena bullying atau perundungan pada anak ini bukan terjadi karena faktor tunggal, " Ucap Psikolog sekaligus ketua umum Forum Lingkar Pena 2013-2017 tersebut.
Penulis buku ‘ The Road to The Empire ’ tersebut menyebutkan ada beberapa faktor anak menjadi pelaku bullying sehingga dapat melakukan tindak aggressieve.
" Karena adanya penyebab mengapa mereka bisa mengalakukan tindakan bullying seperti mengalami tekanan, tidak mendapatkan bimbingan, tidak mendapatkan kehangatan dari keluarga sehingga cenderung mencari pujian dari orang lain dengan cara negative. Apalagi bila si pelaku memiliki kharisma, ia memiliki pengikut; maka tindak agresivitasnya mendapatkan dukungan dari anak - anak yang memujanya, " Jelas wanita yang berhasil mendapatkan lulusan terbaik Psikologi itu.
Selain itu, tambahnya, otak anak saat ini banyak dibanjiri informasi melimpah tentang kekerasan. Baik kekerasan verbal atau non verbal. Hal itu mereka dapat dari media sosial, televisi, lingkungan bahkan orangtua dan keluarga.
Ada beberapa potensi anak – anak yang terlihat untuk menjadi korban maupun pelaku. " Anak yang lemah fisiknya, latar belakang ekonomi lemah, kurang cantik atau tampan, memiliki hambatan emosi atau akademis (kurang pintar), gagap, dll itu berpotensi menjadi korban bully, sedangkan yang berpotensi membully yaitu yang kuat dan besar fisiknya, bicara kasar, dari strata tinggi, dari latar belakang keluarga kurang harmonis, " Ungkap Sinta Yudisia pada warta17agustus.com
Banyak dampak negative untuk korban dan juga pelaku jika tidak di tangani dengan benar sejak dini. " Pelaku akan semakin menjadi jadi bila tidak dihentikan. Ia akan berkembang menjadi pribadi yang intolerant. Sedangkan bagi korban akan kehilangan harga diri, kehilangan percaya diri. Apalagi bila bullying ini mengarah kepada sexual abuse; naudzubillah. Bisa berakhir seperti Chester Bennington, vokalis Linkin Park, " Tambahnya
Harus adanya sinergi antara pemerintah, sekolah dan juga orang tua agar kasus bully khususnya pada remaja dapat berkurang bahkan tercegah.
" Pemerintah harus terus menggaungkan lewat berbagai media terkait apa, siapa, kenapa terjadi bullying. Sedangkan pihak sekolah harus terus mewaspadai gejala bullying di sekolahnya dengan menyisir siapa – siapa saja yang mungkin di dera bullying, dan untuk orang tua diharapkan lebih memperhatikan anak –anak. Memiliki catatan perilaku anak serta sering berkomunikasi. Misal menanyakan siapa teman yang paling kamu sayangi, dllnya " Pungkas Sinta Yudisia.
Redaksi yang malang melintang di bidang jurnalisme