Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNTAG Surabaya menghadirkan tiga Presiden mahasiswa menjadi narasumber seminar nasional bertema “Smart Generation For The Next Golden Indonesia” pada hari Kamis, (27/04/17). Acara yang digelar di gedung Graha Wiyata lantai 9 di isi oleh Shandy Kembara.P.D, Presiden Mahasiswa UNTAG Surabaya, Alfath Bagus.P.E.I, Presiden Mahasiswa BEM-KM UGM, dan Ahmad Khoruddin, Presiden Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya.
Ahmad Khoiruddin, pemateri pertama mengatakan bahwa banyak tantanggan Pemuda untuk menjadi Generasi Cerdas guna menghadapi Indonesia Emas. Salah satunya tantangan pemuda dilihat secara prespektif kemahasiswaan.
" Bagaimana kita bisa mencapai Indonesia emas jika, menurut data, saat ini ada juara korupsi tingkat parpai politik. Banyaksekali yang mementingkan masalah pribadi kertimbang masalah rakyat. Jika kita lihat masalah lainnya, korupsi E-KTP sampai saat ini tidak jelas penyelesainnya, dan selain itu banyak pula pemuda yang kehilangan moralnya, contoh menurut data saat ini semakin meningkatnya sex bebas, narkoba, dan lain-lainnya. Itu semua adalah tantangan kita sebagai pemuda "
Dia menambahkan, generasi cerdas itu adalah yang mampu melalui dengan baik tantangan masa depan.
" Agar dapat melalui tantangan itu maka ada tiga bagian yang harus dimiliki oleh pemuda. Pertama teknologi, bagaimana kita bisa mengikuti teknologi agar tidak tertinggal, kedua Agama, saya fikir semua agama tidak ada yang mengajarkan keburukan, jadi keagamaan itu penting karena dengan Agama moral kita akan baik sehinga perilaku-perilaku menyimpang bisa di antisipasi, ketiga adalah komunikasi, karena kita berada di era global sehingga kita dituntut untuk bisa berkomunikasi agar bisa bersaing secara nasional bahkan internasional " jelas Ahmad Khoruddin
Di waktu yang sama, Shandy Kembara Patria Dewata mengatakan optimis Indonesia Emas Tahun 2045 bisa terealisasikan dengan syarat ada perbaikan di beberapa sektor.
" Saya optimis Indonesia bisa menikmati surga dunia di tahun 2045 karena masih ada pemuda yang masih mau bergerak untuk kepentingan bersama. Dan selain itu kita sebagai pemuda juga harus terlibat memperbaiki sektor Sosial, Budaya, Hukum, Ham, Ekonomi dan Pendidikan untuk bisa memaksimalkan bonus demografi agar mencapai Indonesia sejahtera. " ungkap mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UNTAG Surabaya
Selain itu dia juga menambahkan bahwa pemuda memiliki peran penting untuk merealisasikan Indonesia sejahtera. " Kita sebagai pemuda harus berpikir dan sadar, siapa diri kita, apa yang harus diperbuat, apakah tindakannya, dan sudah sesuaikah dengan harkat kemanusiaan. Karena kita sebagai pemuda memiliki kedudukan dan peranan penting untuk Bangsa ini yaitu sebagai tulang punggung bangsa, harapan bangsa, masa depan bangsa, garda terdepan pembangunan bangsa, baik fisik maupun mental spiritual serta karakter "
Pada sesi terakhir Alfath Bagus Panuntun El Nur Indonesia, Mahasiswa UGM menuturkan tantangan lain Pemuda dan Bangsa ini juga adalah karena orang tua di Indonesia tidak mempersiapkan anaknya menjadi pemimpin.
" Banyak orang tua di Indonesia hanya sekadar menitipkan anak kepada guru di sekolah padahal, proses pendidikan dimulai dari rumah. Sehingga anak muda Indonesia tidak memiliki identifikasi diri, konsumerisme dan hedonism, gagal membangun titik temu dan melemahnya akal budi dan kecerdasan kolektif "
Untuk Indonesia berdaya, Indonesia yang lebih baik dan bermartabat harus mulai mempersiapkan Pemimpin Bangsa, yaitu dengan pemuda mendidik diri sendiri, memperbanyak mengikuti kompetensi (juara dibidangnya masing-masing), dan tidak kalah penting adalah orang tua mempersiapkan keluarga sebagai ‘markas pergerakan’ sehingga karakter pemuda yang akan menjadi pemimpin adalah yang memiliki integritas, cendekia, transformative, melayani masyarakat.
Sebagai penutup, Mahasiswa FISIPOL UGM tersebut mengutip kata dari Mohamad Natsir bahwa “ Sejarah telah menunjukkan, tiap-tiap bangsa yang telah menempuh ujian hidup yang sakit dan pedih, tapi tak putus bergiat menentang marabahaya, berpuluh bahkan beratus tahun lamanya. Pada suatu masa akan mencapai suatu tingkat kebudayaan, yang sanggup memberi penerangan kepada bangsa lain.” Ungkapnya.
Redaksi yang malang melintang di bidang jurnalisme