Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Al Ghazali dan El Rumi terjun ke dunia politik. Prabowo Subianto memperkenalkan keduanya langsung di depan awak media, sebagai kader Partai Gerindra. Sejak saat itu kabar tersebut mendapat banyak komentar positif dan negatif dari netizen.
Menanggapi hal ini, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Dr. Hamim, S.Sos., M.I.Kom angkat bicara. Ia menilai, wajar jika selebritas terjun ke dunia politik sebelum pemilu.
“Saya kira itu hal yang wajar karena sistem demokrasi kita mengizinkan,” ucap Hamim pada Kamis (4/5/2023).
Hamim menjelaskan, secara umum ada dua sistem pemilu, yakni daftar terbuka dan daftar tertutup. Dalam sistem daftar tertutup, partai politik memiliki wewenang penuh untuk memilih calon untuk menduduki kursi di lembaga eksekutif atau legislatif.
Sementara itu, dalam sistem daftar terbuka, pemilih berkontribusi langsung untuk mengusung calon pejabat politik. Dengan kata lain, daftar terbuka memungkinkan peningkatan partisipasi publik dalam mengamankan kursi parlemen.
Dalam sistem daftar terbuka, salah satu faktor terpenting yang memengaruhi keberhasilan seorang kandidat adalah popularitas. Oleh karena itu, melibatkan selebritis terkenal dalam politik merupakan salah suatu strategis untuk memenangkan suara pemilih.
“Di sinilah titik temu dunia hiburan dan politik keduanya dibentuk oleh aroma ketenaran. Jadi, menurut saya wajar karena sistem pemilu kita mengizinkan,” ujar Hamim.
Lebih lanjut, Hamim mengatakan keterlibatan orang-orang terkemuka di kancah politik, terutama jelang pemilu, bukanlah hal baru. Langkah politik semacam itu sudah sering terjadi dalam sejarah pemilu Indonesia,
“Misalnya pada masa Orde Baru, Rhoma Irama pernah menjadi juru bicara Partai Persatuan Pembangunan. Saat itu, suara yang diterima partai sangat penting. Bahkan, Partai Golkar sebagai kekuatan utama Orde Baru bahkan sampai ke Rhoma Irama untuk bergabung dengan Golkar,” jelasnya.
Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo, keterlibatan selebritas sebagai penggalangan suara juga semakin terlihat. Bahkan, band Slank terang-terangan menyatakan dukungannya pada Joko Widodo yang saat itu masih menjadi calon presiden.
Hal yang sama terjadi di DKI Jakarta 2017. Saat itu, komedian Pandji Pragiwaksono juga aktif berpartisipasi dalam kampanye tersebut, bertindak sebagai juru bicara Anies Baswedan.
Dosen tetap Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu menjelaskan, penggalangan suara merupakan istilah dimana partai mampu menarik pemilih untuk meningkatkan perolehan suara bagi calon. Dalam situasi seperti itu, kehadiran selebritis seperti Al Ghazali dan El Rumi merupakan vote gather bagi Partai Gerindra.
Juga, kehadiran mereka menjadi jembatan bagi Prabowo Subianto dan partai Gerindra untuk terhubung dengan pemilih pemula yang berasal dari generasi Y (Milenial) dan pemilih pertama generasi Z.
“Ada perbedaan besar dalam pengaruh antara milenial dan pemilih generasi Z. Oleh karena itu, perlu adanya jembatan antara Prabowo Subianto dan pemilih pemula,” ungkapnya.
Meski dinilai sebagai langkah strategis, kehadiran selebritis di kancah politik menuai reaksi positif dan negatif di kalangan netizen. Karena dia dianggap tidak cukup tinggi untuk memiliki kapabilitas sebagai politisi.
Akan tetapi, Hamim beranggapan bahwa partisipasi selebritas pada ruang politik ini merupakan hal yang sah. Menurutnya, siapa pun yang mau memberikan waktu, komitmen, dan idenya pada partai politik, berhak untuk bergabung dan peran.
“Saya rasa mereka berhak. Urusan kapabilitas nanti di dalam juga akan ada bimbingan teknis, workshop, dan lain-lain,” pungkasnya. (Elisa)