Tari Lenggang Nyai Gambarkan Refleksi Perjuangan Perempuan

  • 28 Februari 2025
  • VaniaS
  • 119

Tari Lenggang Nyai bukan sekadar rangkaian gerakan yang indah, tetapi juga sebuah refleksi tentang perjuangan perempuan dalam memperjuangkan kebebasan dan haknya. Tarian khas Betawi ini mengisahkan seorang perempuan yang hak-haknya dirampas hingga akhirnya berani bangkit dan menentukan jalannya sendiri.


Keindahan dan makna mendalam dari Tari Lenggang Nyai hidup dalam Wisuda ke-130 Untag Surabaya oleh lima siswa berbakat dari SMA 17 Agustus 1945 (SMATAG) Surabaya. Dengan penuh semangat, mereka menampilkan gerakan yang dinamis dan ekspresif, menghidupkan cerita tentang keberanian serta keteguhan hati dalam balutan seni tradisional.


Balutan kostum bernuansa hijau dan kuning yang dikenakan para penari semakin menambah daya tarik pertunjukan. Warna-warna cerah ini melambangkan kehidupan dan semangat yang terus menyala, sejalan dengan makna tarian yang menonjolkan kebebasan serta kekuatan perempuan.


“Ciri khas tari Betawi sangat terasa, mulai dari iringan musik, ragam gerak, hingga busana dengan warna-warna cerah yang menyimbolkan semangat dan perjuangan luar biasa,” ujar Maharani Dhinda Ganes W., S.Pd, pembimbing tari SMATAG Surabaya (25/2)


Tarian ini dibawakan oleh Azizah Ratu Farafilla, Fajar Cahya Sukma, Fernandha Kartika Widya P., Yuni Susanti, dan Nadia Ika Emilia. Meski waktu latihan mereka terbatas karena kesibukan akademik menjelang ujian, para penari tetap berkomitmen untuk tampil maksimal di atas panggung.


“Kami hanya sempat berlatih sekitar lima kali dalam dua minggu. Namun, dengan dedikasi dan kerja sama tim, akhirnya kami mampu memberikan penampilan terbaik,” tambah Dhinda


Lebih dari sekadar seni pertunjukan, Tari Lenggang Nyai juga memiliki pesan yang kuat sebagai simbol perlawanan terhadap keterbatasan yang dihadapi perempuan dalam sejarah. 


“Tari Lenggang Nyai ini menyimbolkan semangat dan perjuangan wanita yang berkomitmen tinggi demi masa depannya yang baik,” jelasnya (25/2)


Proses latihan cukup singkat karena kesibukan masing-masing siswa yang cukup padat di pekan ujian, namun tetap menyempatkan waktu agar penampilan di atas panggung maksimal.


“Hanya sekitar 5 kali latihan dalam 2 minggu,” tambahnya


Keikutsertaan Tari Lenggang Nyai dalam momen akademik seperti wisuda menjadi bukti bahwa seni tradisional tetap memiliki tempat di tengah modernitas. Seni bukan sekadar hiburan, tetapi juga media edukasi dan refleksi yang mengajarkan nilai-nilai perjuangan, keberanian, serta identitas budaya kepada generasi muda.


Menurut Guru Bimbingan Konseling SMATAG Surabaya itu, peran generasi muda sangat besar dalam melestarikan budaya.


“Peran generasi muda sangatlah besar, bahkan inovasi kreatifitas yang dibutuhkan dalam berbagai bidang mayoritas adalah hasil dari generasi muda itu berkarya. Selain melestarikan budaya, generasi muda dapat memanfaatkan seni tari sebagai pencapaian prestasi yang sangat menguntungkan bagi generasi muda yang mau mendalami,” tekan Guru Bimbingan Konseling SMATAG Surabaya tersebut


Untuk menarik minat anak muda agar lebih peduli dan mencintai tari tradisional, dibutuhkan upaya pengembangan dan pengemasan yang menarik tanpa menghilangkan esensi tradisionalnya. 


“Cara menarik minat anak muda agar lebih peduli dan mencintai tari tradisional adalah dengan mengembangkan, mengemas, serta merekonstruksi tari tradisional sehingga menjadi suatu sajian tari tradisional yang menarik dan bagus, namun tidak menghilangkan sisi tradisional di dalamnya. Serta, selalu aktif berkomitmen dalam mengeksistensi kan tari tradisional di publik,” imbuhnya


Maharani berharap agar seni tari tradisional semakin berkembang dan tetap relevan di kalangan generasi muda. 


“Semoga tari tradisional terus berkembang, semakin dicintai, dan sebagai contoh bahwa tari tradisional tidak membosankan, tidak kalah dengan seni modern dan pantas untuk menjadi sajian yang menarik ke depannya khususnya untuk generasi muda,” tutup Dhinda


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

Vania

Reporter