Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Rangkaian liburan panjang dalam Rangka Memperingati Hari Raya Natal dan disambung Libur Tahun Baru 2023 telah usai. Kesempatan liburan berharga seperti ini memang selalu dinantikan untuk menyegarkan pikiran sejenak dari kesibukan.
Setelah menikmati liburan panjang, kebanyakan orang kembali ke mobilitas dan aktivitas masing-masing dengan rasa “terpaksa”. Tak bisa dipungkiri meskipun menggembirakan, libur panjang sering kali membuat tidak bersemangat untuk kembali beraktivitas karena masih sukar melupakan suasana libur. Memulai kembali beraktivitas bisa menjadi tantangan besar setelah terbiasa menikmati momen santai dan kebebasan selama liburan.
Fenomena yang tak jarang dijumpai tersebut merupakan Post Holiday Blues. Selaras dengan namanya, Post Holiday Blues merupakan sebuah sindrom yang dialami seseorang pasca liburan, alih-alih merasa segar, namun yang hadir malah perasaan cemas tanpa alasan, tak bergairah, hingga kehilangan fokus sehingga tidak bisa terbawa arus rutinitas yang dijalani sebelumnya.
Meski terlihat sepele, nyatanya Post Holiday Blues bisa menghambat produktivitas. Produktivitas akan terganggu karena adanya rasa tak ingin kembali menjalani kegiatan yang biasa dilakukan akibat euforia saat liburan. Euforia tersebut tercipta dari perasaan menyenangkan yang kontras dengan rutinitas keseharian kemudian timbul gejala pasca liburan dengan peralihan emosional seringkali diwarnai dengan kelesuan, perasaan sedih dan kelelahan.
Jika hal ini terjadi berkelanjutan dan tidak di manage secara baik akan menimbulkan sulitnya adaptasi kembali ke kenyataan rutinitas. Kondisi ini tak lain dapat memicu ketidak fokusan dan kesulitan memahami untuk mengalokasikan waktu, tenaga dan pikiran dalam menyelesaikan tugas dan tanggungjawab pada aktivitas yang seharusnya dilakukan.
Dilancar dari its.ac.id, Post Holiday Blues adalah hal normal dan bersifat jangka pendek yang akan hilang seiring waktu. Untuk menghadapinya diperlukan tindakan agar tidak terjebak Post Holiday Blues. Oleh sebab itu diperlukan persiapan yang matang sebelum menjalani liburan dan jangan memaksakan diri. Kedua hal tersebut kadang disangkal dengan tidak adanya persiapan finansial maupun rencana liburan yang detail.
Selanjutnya, kiat-kiat secara preventif untuk mencegah atau meminimalisir Post Holiday Blues yaitu memprediksi mengenai hal-hal yang dikira sulit untuk move on dari liburan, diantaranya yaitu tinggalkan tempat tinggal dalam kondisi rapi yang akan membantu istirahat dengan nyaman saat kembali dari liburan. Kemudian rencanakan transisi waktu dengan menyusun jeda waktu yang digunakan untuk istirahat dari kepulangan liburan ke aktivitas yang wajib dilakukan. Dengan adanya jeda waktu tersebut merupakan masa pemulihan dari suasana liburan dan secara tidak langsung menyiapkan diri untuk beranjak ke rutinitas harian.
Disamping kiat secara preventif, terdapat kiat kuratif dalam menghadapi Post Holiday Blues. Setelah mengalami Post Holiday Blues langkah utama dapat dilakukan yaitu membangun kembali ikatan dan bonding yang kuat dengan keluarga dan teman setelah liburan, hal ini dapat membantu dalam proses penyesuaian diri. Berbagi pengalaman liburan, menceritakan keseharian dan curhat mengenai keluh kesah untuk meluapkan perasaan agar hari menjadi lebih lega.
Secara keseluruhan, naik-turun kondisi psikologis dalam kehidupan pada dasarnya tidak dapat terhindarkan termasuk kehadiran Post Holiday Blues. Munculnya Post Holiday Blues bagi tiap orang tergantung bagaimana sudut pandang untuk bisa melewati tantangan itu secara bijak dengan memahami gejala dan menerapkan strategi dalam mengatasinya. Namun bagi yang merasa kesulitan mengatasi dampak Post Holiday Blues, penting untuk mencari dukungan dan bantuan professional. (Ajeng)